Kamis, 14 Februari 2019

Belajar Hidup dari Buah Kurma

Belajar Hidup dari Buah Kurma

Keunikan pohon kurma terdapat pada jenisnya, ialah kelamin jantan dan betina dari bunga dan tendan dari kedua jenis pohon ini perlu ditemukan agar terjadi penyerbukan. Penyerbukan sesungguhnya dapat dilakukan secara alami melalui bantuan binatang, seperti burung, lebah, dan bantuan angin yang berhembus. Di bulan Maret hingga April, pergantian musim dingin ke musim panas di gurun sering terjadi badai pasir (sand strom). Pada saat badai pasir, terjadilah penyerbukan pohon kurma berkat angin. Selain angin, para petani melakukan penyerbukan melalui penaburan tandan bunga pohon jantan ke bunga pohon betina. Setelah terjadi penyerbukan, tinggal menantikan pohon berkelamin betina berbuah.
Buah kurma yang manis tentu memiliki protein yang banyak. Buah kurma pun menjadi sumber makanan bagi pengembara di gurun pasir, karena dalam perjalanan yang amat jauh dan melintasi berkilo-kilo gurun pasir, hanya buah kurma yang memungkinkan untuk ditemukan di daerah serba pasir. Mari sejenak memikirkan tentang kondisi pengembara yang membawa buah dengan kandungan air seperti buah jambu dan buah pisang dalam perjalanan berhari-hari. Setelah menyelesaikan pikiran yang menerawang jauh, tentu kondisi kedua buah tersebut akan membusuk disebabkan iklim dan waktu, tetapi bagi buah kurma yang dapat bertahan demikian lama dibandingkan kedua buah itu, tentu akan menyelamatkan pengembara gurun pasir. Sebab perjalanan jauh dan menerjang iklim yang amat panas, buah kurma merupakan pilihan paling tepat untuk dibawa. Selain karena mengandung asupan gizi dan air, buah kurma jauh lebih tahan lama dengan buah jambu dan buah pisang. Dan buah pohon kurma yang manis dapat tumbuh di saat puncak musim panas dari pohon yang mengalami tempaan—angin dan iklim—yang kuat di tempat yang jarang air, dan bercuaca panas
Hikmah yang diapat dipetik melalui buah kurma, ialah tentang keberanian untuk menanti sebuah keputusan barang satu kali dalam satu tahun, meski hasil yang didapat tak selalu identik dengan keinginan. Setelah mendapati hasil, entah manis maupun pahit, diperlukan tempaan yang kuat—berupa masalah—agar tiap kali berhadapan dengan kejadian yang tak sesuai dengan keinginan, mampu menerima dan bersiap mengulangi keputusan.
Kesimpulan di atas menjelaskan bila tiap masalah yanghadir di kehidupan merupakan seleksi bagi manusia. Bergantung manusia siap untuk menerima atau menyerah dan kalah. Tegarlah dan kuatlah.



MIE AYAM SYAFFIRA
SAMBIJAJAR DRENGES KERTOSONO
WA. 0823-2972-7898

Tidak ada komentar:

Posting Komentar