Minggu, 29 September 2013




 

Konsep Dasar Kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dewasa ini banyak orang  yang belum mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan hidup. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya adalah minimnya pendidikan yang miliki,tidak memiliki ketrampilan yang cukup, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kurang adanya perhatian dari pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka.
          Sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menciptakan peluang usaha agar tidak menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Para pemuda harus memiliki pola pikir yang dinamis dan kreatif dalam upaya meminimalisir adanya krisis ekonomi dan berusaha untuk mengembangkan kewirausahaan dalam rangka mensejahterakan masyarakat.
Sebelum seseorang memulai atau menciptakan suatu usaha, haruslah memiliki konsep dasar tentang kewirausahaan agar usaha yang akan dirintis berjalan lancar dan dapat mengatasi problematika yang terjadi sekarang ini. Konsep dasar kewirausahaan merupakan titik awal dalam memulai suatu usaha dan juga menentukan berhasil tidaknya usaha yang dirintis. Selain itu, dengan berwirausaha seseorang akan berusaha mandiri, kreatif, dan inovatif agar usahanya dapat diterima di masyarakat. Dengan demikian kami berharap generasi muda lebih termotivasi untuk kreatif, inovatif untuk menciptakan sebuah usaha yang dapat membangun perekonomian negara lebih baik dari sebelumnya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang di maksud dengan disiplin ilmu kewirausahaan?
2.    Apa saja objek-objek studi kewirausahaan?
3.    Apakah hakikat kewirausahaan?
4.    Bagaimana karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan?
5.    Bagaimana sikap dan kepribadian wirausaha?
6.    Apa saja motif berprestasi kewirausahaan?

C.  Tujuan
1.    Mengetahui apa yang di maksud dengan disiplin ilmu kewirausahaan.
2.    Faham dengan apa saja objek-objek studi kewirausahaan.
3.    Memahami apa yng di maksud dengan hakikat kewirausahaan.
4.    Memahami karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan.
5.    Memahami sikap dan kepribadian wirausaha.
6.    Memahami apa saja motif berprestasi kewirausahaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Disiplin Ilmu Kewirausahaan
        Ilmu kewirausahaan merupakan suatu disiplin  ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut ThomasW. Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
         Dahulu, kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di lapangan. Sebab itu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan lapangan, tapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa sedang terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu displin ilmu tersendiri yang independen.[1] Hal itu menurut Soeharto Prawirokusuma (1997) dikarenakan,
1. Kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2.   Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start-up” dan “venture-growth”, ini tidak jelas masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3.    Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.[2]
Disiplin ilmukewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan hanya pada dunia usaha semata melainkan juga pada berbagai bidang seperti bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi- institusi lainnya, misalnya birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan swadaya lainnya. Pada mulanya, kewirausahaan berkembang  dalam bidang perdagangan. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum yang berjangka panjang untuk menciptakan peluang.

B.  Objek Studi Kewirausahaan
Objek studi kewirausahaan adalah  nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soemahamidjaja (1997:14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi;[3]
1.    Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha
2. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang menyala-nyala.
3.    Kemampuan untuk berinisiatif
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas(daya cipta)setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
5.    Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yangselalu tidak menundak pekerjaan.
7.    Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

C.  Hakikat Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
       Ada dua pendapat tentang pengertian kewirausahaan, yaitu Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu Zimmerer mengartian kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).[4] 
            Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Seorang wirausahawan harus memilki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide.
            Kegiatan wirausaha dapat dijalankan sesorangatau sekelompok orang. Dengan kata lain seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka perusahaan dengan inisiatif dan modal serang diri. Sementara itu berkelompok adalah secara bersama- sama dua orang atau lebih dengan cara masing- masing menyetor modal dalam bentuk uang atau keahliannya. Jadi, untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan cara
1.    Memiliki modal sekaligus menjadi pengelola
2.    Menyetor modal dan pengelolaan ditangani pihak mitra
3. Hanya menyerahkan tenaga namun dikonversikan ke dalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan usaha.
Dewasa ini belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian,dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Dari beberapa konsep kewirausahaan, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
1.   Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer,1996).
4.  Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (verture growth) (Soeharto Prawiro, 1997)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat definisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

D.  Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
1.    Karakteristik kewirausahaan
     Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan berbagai konsep yang berbeda-beda. Dalam Islam karakteristik wirausaha antara lain[5]:
a)    Sifat takwa, tawakkal, zikir dan syukur.
b)   Jujur.
c)    Bangun Subuh dan bekerja.
d)   Toleransi.
e)    Berzakat dan berinfaq.

2.    Nilai-nilai hakiki kewirausahaan
Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan sistem nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:
a) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya pengambilan risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi.
b) Wirausaha yang berorientasi padab kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positiv dan kreativitas.
c) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menhadap ke arah tertentu(aliran fengshui)supaya berhasil.
d) Wirausaha yang berorientasi pada non meteri, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan mengunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

D.  Berfikir Kreatif dalam Kewiraussahaan
Menurut Zimmerer tujuh langkah proses kreatif yaitu dengan menggunakan otak sebelah kiri yaitu[6]:
1.   Persiapan (preparation), yaitu menyangkut kesiapan kita untuk berpikir kreatif.
2. Penyelidikan (investigation) dalam penyelidikan diperlukan individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang masalah atau keputusan.
3. Transformasi (transformation), yaitu menyangkut kesamaan dan perbedaan pandangan diantara informasi yang terkumpul.
4. Penetasan (incubation), yaitu menyiapkan pikiran bawah sadar untuk merenungkan informasi yang terkumpul.
5. Penerangan (illimination), yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang yang terus-menerus.
6. Pengujian (verivication), yaitu menyangkut ketepatan ide-ide seakurat mungkin dan semanfaat mungkin.
7. Implementasi  (implemetation), yaitu mentransformasikan ide-ide ke dalanm praktek bisnis.

E.  Sikap dan Kepribadian Wirausaha
Alex Inkeles dan David H.Smith (1974:19-24) adalah salah satu diantara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern.Menurut Inkeles (1974:24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini daan masa yang akan datang bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.
          Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Gunar Myrdal,yaitu:
1.    Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi
2.    Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional
3.    Selalu berencana dalam segala kegiatan
4.    Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang
5.    Sadar dan menghormati orang lain (Siagian,1972)
Menurut Harsojo (1978:5),modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan[7]:
1.    Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan
2.    Meyakini kemampuan sendiri
3.    Berorientasi pada masa kini dan masa depan
4.    Meyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
5.    Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis
           Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Dalam konteks ini,juga dijumpai perpaduan yang nyata antara kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
         Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikianrupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah,dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo,1982:1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru,  metode produksi baru,  sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru,  serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
        Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16),seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:[8]
1.   Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru
2. Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian
3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi:
a)    Usaha perencanaan
b)   Usaha untuk mengkoordinir
c)    Usaha untuk menjaga kelancaran usaha
d)   Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha
4.    Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi,melaksanakan,dan mengarahkan tujuan usaha.           
          Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977),faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan,kemampuan,dan kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri perilaku adalah kesempatan atau peluang.
Sikap kewirausahaan meliputi keterbukaan, kebebasan, pandangan yang luas, berorietasi pada masa depan, berencana, berkeyakinan, sadar, menghormati orang lain dan menghargai pendapat orang lain.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk merespons segala peluang, dan tanggap terhadap tantangan dan perubahan sosial. Orang yang terbuka terhadap ide-ide inilah merupakan wirausaha yang inovatif dan kratif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan.
Menurut Kathlen L. Hawkins dan Peter A. Turla(1986) pola tingkah laku kewirausahaan akan terggambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur dan sikap terhadap uang. Kepribadian wirausaha tercermin dalam kretivitas, disiplin, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, dan dorongan dari kemauan diri yang kuat.

F.   Motif Berprestasi Kewirausahaan
Menurut Lerry Farel, untuk maju atau prestatif seorang pengusaha harus memiliki motifasi yang tinggi, inovatif, dan memiliki ambisi untuk maju/berkembang. Syarat lain untuk maju (prestatif) antara lain:
1.    Memiliki komitmen dan tanggungjawab yang tinggi terhadap karir
2.    Bersemangat terhadap masukkan dari berbagai pihak
3.    Memiliki orientasi kedepan
4.    Memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi superior.[9]
5.    Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi(Gede Anggan Suhandana, 1980:55).
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingg sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri:
1.    Mengatasi sendiri kesulitan yang terjadi pada dirinya.
2.    Selalu memerlukan umpan balik yang segera.
3.    Memiliki tanggung jawab personal yan tinggi.
4.    Berani menghadapi risiko dan penuh perhitungan.
5.    Menyukai tantangan.
     Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu,yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana,1980:55). Factor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
            Teori Maslow kemudian oleh Clayton Alderfer dikelompokkan menjadi tiga kelompok,yang dikenal dengan  teori existence,relatedness,and growth (ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut keperluan material yang harus ada (termasuk  physiological need and security need dari Maslow).
Kedua, ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need dari Maslow)
           Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk self-actualization and esteem need dari Maslow).
          Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.    Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
3.    Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
4.    Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan,dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan,bekerja sama daripada persaingan,dan saling pengertian. Menurut Stephen P.Robbins (1993:214),kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70),ada tiga fungsi motif, yaitu[10]:
1.    Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energy
2.    Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu
3. Menyeleksi perbuatan,yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”,yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8),dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha,yakni:
1.    Alasan keuangan.
2.    Alasan sosial.
3.    Alasan pelayanan.
4.    Alasan pemenuhan diri.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.   Kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.
2. Ilmu kewirausahaan merupakan suatu disiplin  ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
3.  Objek studi kewirausahaan adalah  nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
4.  Hakikat kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan hidup.
5.  Sikap dan kepribadian kewirausahaan adalah suatu sikap/ watak yang memiliki ciri-ciri percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi kemasa depan.
6.   Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Selain itu keberhasilan berwirausaha sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu kemauan, kemampuan, peluang dan kesempatan.