Senin, 17 Desember 2018

Teori -Teori Belajar (Piaget, Bruner, Vygotsky)





Teori -Teori Belajar (Piaget, Bruner, Vygotsky)
Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas.  Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya,  manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya. Ada beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri diantaranya:
1.      Teori Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai  maka siswa mengenal informasi baru).
1.      Teori Bruner
Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah.Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
1.      Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.

Teori Perkembangan Anak Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)





Teori Perkembangan Anak Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)

Jean Piaget adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori bahwa anak belajar melalui tindakan konkret. Piaget mengusulkan bahwa pemahaman anak dibangun (dikonstruksi) melalui aksi. Itulah sebabnya teori Piaget sering disebut teori konstruktivisme.
Misalnya ada anak berusia 3 tahun diajak mengunjungi daerah pedesaan bersama ayahnya. Sebelumnya, sang anak belum pernah melihat sapi.
Selama ini, binatang berkaki empat yang baru anak lihat hanyalah anjing. Saat anakmelihat sapi, ia berkata, “Itu anjing besar!” Ayahnya menjawab, “Bukan, itu sapi.”
Saat anak melihat sapi pada kesempatan berikutnya, ia sudah berpengalaman dan berkata, “Itu sapi.” Proses ini disebut asimilasi, yakni seorang anak mengetahui sesuatu karena sudah memiliki pengalaman sebelumnya.
Selain proses asimilasi, Piaget juga mengungkapkan ada proses lain yang juga penting dalam belajar, yakni akomodasi. Proses akomodasi adalah proses memodifikasi hal yang sudah anak ketahui sebelumnya karena mengalami fenomena baru.
Anak yang sebelumnya hanya tahu anjing, akan bingung saat melihat sapi. Anak akan bertanya-tanya mengapa anjing yang ini lebih besar dan bertanduk. Untuk itulah, anak perlu memodifikasi apa yang sudah ia ketahui dengan pengalaman baru.
Setelah melalui proses akomodasi, sang anak baru paham bahwa binatang itu disebut sapi dan akan terus mengingatknya.
Piaget mengungkapkan bahwa suasana belajar akan lebih efektif jika seorang anak dihadapkan pada konflik/dilemma serta tindakan/pengalaman nyata. Perpaduan konflik dan tindakan ini akan memberi stimulus proses akomodasi dan asimilasi untuk anak.
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahapan sebagai berikut.
1.      Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Anak pada usia ini sepenuhnya tergantung pada tindakan fisik dan indera dalam mengenali sesuatu.
2.      Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berpikir tentang benda, kejadian, atau orang lain mulai berkembang. Anak sudah mulai mengenali simbol (kata-kata, angka, gerk tubuh, atau gambar) untuk mewakili benda-benda di sekitarnya.
Namun, pada tahap ini cara berpikir anak masih tergantung pada objek konkret, rentang waktu kekinian, dan tempat di mana ia berada (concrete, here, and now). Anak tahap pra-operasional belum mamppu  berpikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkret saat menanamkan konsep pada mereka.
Misalnya saja saat mengenalkan angka, anak harus ditunjukkan objek yang jumlahnya sesuai dengan angka tersebut. Saat mengenalkan angka 4, tunjukkanlah 4 buah gelas.
Anak pada tahap ini memandang sesuatu hanya pada satu aspek saja. mereka bisa tertipu dengan penampakan suatu benda atau persepsi. Misalnya anak diperlihatkan 2buah gelas yang sama berisi air dengan volume yang sama. Kemudian air di salah satu gelas dipindahkan ke gelas yang lebih lebar.
Anak cenderung akan menyimpulkan bahwa air di gelas yang lebih lebar jumlahnya lebih sedikir karena garis permukaannya lebih rendah. Lihat gambar berikut ini.
Selain itu, anak belum bisa mengaitkan waktu sekarang dengan masa lampau. Misalnya ketika anak membongkar mainan, ia kesulitan memasang kembali mainan tersebut, walaupun mainan tersebut sangat sederhana.
3.      Tahap konkret operasional (usia 8-12 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah pada saat bersamaan. Dengan contoh 2 gelas yang sama  seperti di atas, umumnya anak-anak usia 8 tahun sudah dapat menyimpulkan bahwa volume air di kedua gelas itu sama.
Anak sudah mulai dapat berpikir abstrak. Anak juga mulai berpikir logis dalam memahami dan memecahkan masalah serta mengenali simbol-simbol. Namun anak masih membutuhkan objek konkret untuk belajar.
Misalnya saat belajar matematika tentang nilai tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya), anak akan lebih mudah paham saat mereka menggunakan objek konkret (seperti lidi atau kancing) dibandingkan cara yang abstrak (misalnya dengan simbol angka, 14 + 17 = …., atau soal esai).
Selain itu, anak sudah dapat mengaitkan apa yang terjadi sekarang dengan masa lalu. Anak pada tahap ini sudah dapat memasangkan kembali sebuah mainan bongkar pasang seperti semula. Pemahaman baik yang terbentuk pada tahap ini sangat menentukan kemampuan anak dalam berpikir abstrak pada tahap berikutnya.
4.      Tahap formal operasional (usia 12 tahun-dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu berpikir abstrak dan dapat berhipotesisi. Anak dapat menganalisis apa yang sudah lewat dan yang akan datang. Cara berpikir anak usia ini sudah tidak tergantung pada objek konkret di sekitarnya.
5.      Cara Piaget merumuskan teori perkembangan kognitif: mencatat perkembangan bayi
Salah satu cara yang Piaget lakukan adalah dengan memperhatikan ketiga anaknya: Laurent, Lucienne, dan Jacqueline. Ia menuliskan hasil pengamatannya dalam buku Psychology of the Child, terutama dalam bagian perkembangan kognitif. Berikut ini beberapa hasil observasi Piaget saat anaknya masih bayi.
  • Usia 21 hari: “Laurent menemukan jempolnya setelah 3 kali mencoba. Ia memperlama mengisap jempolnya. Namun begitu ditidurkan telentang, ia tidak tahu cara mengoordinasikan lengan dan mulutnya. Jempolnya kembali terlepas walau sebenarnya bibirnya ingin mengisapnya.”
  • “Saat usia 3 bulan, mengisap jempol menjadi kurang penting bagi Laurent. Penyebabnya adalah meningkatnya minat visual dan auditori yang baru. Namun saat menangis, jempol langsung ia hisap.”
  • Pada akhir bulan ke-4 Lucienne, saat ia menangis di boks bayinya, Piaget menggantungkan sebuah boneka di atas kaki sang bayi. Lucienne menggerakkan bayi Lucienne agar bonekanya bergerak. “Setelah itu, Lucienne melihat kakinya yang tidak bergerak selama sesaat, lalu ia menggerakkan kakinya. Tidak ada kontrol visual di kakinya, pergerakannya sama persis saat Lucienne hanya melihat ke boneka atau saat saya menempatkan boneka di atas kepalanya. di balik itu, kontrol peraba di kaki sangat nyata. Setelah goyangan pertamanya, Lucienne menggerakkan kakinya seolah-olah ingin menggenggam dan mengeksplorasinya.
  • Usia 11 bulan: “Jacqueline didudukkan dan menggoyangkan bel kecil. Ia lalu diam untuk menempatkan bel di depan kaki kanannya. Jacqueline menendangnya dengan kencang. Karena tidak bisa mengambil belnya lagi, ia mengambil bola lalu menempatkannya di tempat yang sama, di depan kaki kanannya, untuk ia tendang lagi.”
Catatan dari perkembangan bayi inilah yang menjadi landasan bagi teori perkembangan anak Piaget. Walau Anda tidak berprofesi sebagai peneliti sepertinya, cara pengamatan ala Piaget ini akan sangat bermanfaat untuk mengamati perkembangan anak Anda.

Macam – Macam Strategi Pembelajaran




Macam – Macam Strategi Pembelajaran
            Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
            Berikut macam – macam strategi pembelajaran:
a.      Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.       Metode ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.
b.      Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada siswanya.
c.       Metode sosiodrama
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada siswa.
b.      Strategi Inquiry
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:
a)      Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b)      Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)      Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)     Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
e)      Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
f)       Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa menjadi aktif.
b.      Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
c.       Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
d.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
c.       Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode eksperimen
Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
b.      Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c.       Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
d.      Metode karya wisata
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
d.      Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
1)      Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
2)      Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3)      Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
4)      Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning in a group).
5)      Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6)      Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7)      Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan(learning ask an enjoy activity).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.       Metode demonstrasi
Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b.      Metode sosiodrama
Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa, sehingga siswa lebih paham

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.       Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
b.      Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.


c.       Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b.      Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
c.       Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d.      Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.


Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode tugas atau resitasi
Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b.      Metode latihan
Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.