Senin, 17 Desember 2018

Teori Perkembangan Anak Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)





Teori Perkembangan Anak Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)

Jean Piaget adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori bahwa anak belajar melalui tindakan konkret. Piaget mengusulkan bahwa pemahaman anak dibangun (dikonstruksi) melalui aksi. Itulah sebabnya teori Piaget sering disebut teori konstruktivisme.
Misalnya ada anak berusia 3 tahun diajak mengunjungi daerah pedesaan bersama ayahnya. Sebelumnya, sang anak belum pernah melihat sapi.
Selama ini, binatang berkaki empat yang baru anak lihat hanyalah anjing. Saat anakmelihat sapi, ia berkata, “Itu anjing besar!” Ayahnya menjawab, “Bukan, itu sapi.”
Saat anak melihat sapi pada kesempatan berikutnya, ia sudah berpengalaman dan berkata, “Itu sapi.” Proses ini disebut asimilasi, yakni seorang anak mengetahui sesuatu karena sudah memiliki pengalaman sebelumnya.
Selain proses asimilasi, Piaget juga mengungkapkan ada proses lain yang juga penting dalam belajar, yakni akomodasi. Proses akomodasi adalah proses memodifikasi hal yang sudah anak ketahui sebelumnya karena mengalami fenomena baru.
Anak yang sebelumnya hanya tahu anjing, akan bingung saat melihat sapi. Anak akan bertanya-tanya mengapa anjing yang ini lebih besar dan bertanduk. Untuk itulah, anak perlu memodifikasi apa yang sudah ia ketahui dengan pengalaman baru.
Setelah melalui proses akomodasi, sang anak baru paham bahwa binatang itu disebut sapi dan akan terus mengingatknya.
Piaget mengungkapkan bahwa suasana belajar akan lebih efektif jika seorang anak dihadapkan pada konflik/dilemma serta tindakan/pengalaman nyata. Perpaduan konflik dan tindakan ini akan memberi stimulus proses akomodasi dan asimilasi untuk anak.
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahapan sebagai berikut.
1.      Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Anak pada usia ini sepenuhnya tergantung pada tindakan fisik dan indera dalam mengenali sesuatu.
2.      Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berpikir tentang benda, kejadian, atau orang lain mulai berkembang. Anak sudah mulai mengenali simbol (kata-kata, angka, gerk tubuh, atau gambar) untuk mewakili benda-benda di sekitarnya.
Namun, pada tahap ini cara berpikir anak masih tergantung pada objek konkret, rentang waktu kekinian, dan tempat di mana ia berada (concrete, here, and now). Anak tahap pra-operasional belum mamppu  berpikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkret saat menanamkan konsep pada mereka.
Misalnya saja saat mengenalkan angka, anak harus ditunjukkan objek yang jumlahnya sesuai dengan angka tersebut. Saat mengenalkan angka 4, tunjukkanlah 4 buah gelas.
Anak pada tahap ini memandang sesuatu hanya pada satu aspek saja. mereka bisa tertipu dengan penampakan suatu benda atau persepsi. Misalnya anak diperlihatkan 2buah gelas yang sama berisi air dengan volume yang sama. Kemudian air di salah satu gelas dipindahkan ke gelas yang lebih lebar.
Anak cenderung akan menyimpulkan bahwa air di gelas yang lebih lebar jumlahnya lebih sedikir karena garis permukaannya lebih rendah. Lihat gambar berikut ini.
Selain itu, anak belum bisa mengaitkan waktu sekarang dengan masa lampau. Misalnya ketika anak membongkar mainan, ia kesulitan memasang kembali mainan tersebut, walaupun mainan tersebut sangat sederhana.
3.      Tahap konkret operasional (usia 8-12 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah pada saat bersamaan. Dengan contoh 2 gelas yang sama  seperti di atas, umumnya anak-anak usia 8 tahun sudah dapat menyimpulkan bahwa volume air di kedua gelas itu sama.
Anak sudah mulai dapat berpikir abstrak. Anak juga mulai berpikir logis dalam memahami dan memecahkan masalah serta mengenali simbol-simbol. Namun anak masih membutuhkan objek konkret untuk belajar.
Misalnya saat belajar matematika tentang nilai tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya), anak akan lebih mudah paham saat mereka menggunakan objek konkret (seperti lidi atau kancing) dibandingkan cara yang abstrak (misalnya dengan simbol angka, 14 + 17 = …., atau soal esai).
Selain itu, anak sudah dapat mengaitkan apa yang terjadi sekarang dengan masa lalu. Anak pada tahap ini sudah dapat memasangkan kembali sebuah mainan bongkar pasang seperti semula. Pemahaman baik yang terbentuk pada tahap ini sangat menentukan kemampuan anak dalam berpikir abstrak pada tahap berikutnya.
4.      Tahap formal operasional (usia 12 tahun-dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu berpikir abstrak dan dapat berhipotesisi. Anak dapat menganalisis apa yang sudah lewat dan yang akan datang. Cara berpikir anak usia ini sudah tidak tergantung pada objek konkret di sekitarnya.
5.      Cara Piaget merumuskan teori perkembangan kognitif: mencatat perkembangan bayi
Salah satu cara yang Piaget lakukan adalah dengan memperhatikan ketiga anaknya: Laurent, Lucienne, dan Jacqueline. Ia menuliskan hasil pengamatannya dalam buku Psychology of the Child, terutama dalam bagian perkembangan kognitif. Berikut ini beberapa hasil observasi Piaget saat anaknya masih bayi.
  • Usia 21 hari: “Laurent menemukan jempolnya setelah 3 kali mencoba. Ia memperlama mengisap jempolnya. Namun begitu ditidurkan telentang, ia tidak tahu cara mengoordinasikan lengan dan mulutnya. Jempolnya kembali terlepas walau sebenarnya bibirnya ingin mengisapnya.”
  • “Saat usia 3 bulan, mengisap jempol menjadi kurang penting bagi Laurent. Penyebabnya adalah meningkatnya minat visual dan auditori yang baru. Namun saat menangis, jempol langsung ia hisap.”
  • Pada akhir bulan ke-4 Lucienne, saat ia menangis di boks bayinya, Piaget menggantungkan sebuah boneka di atas kaki sang bayi. Lucienne menggerakkan bayi Lucienne agar bonekanya bergerak. “Setelah itu, Lucienne melihat kakinya yang tidak bergerak selama sesaat, lalu ia menggerakkan kakinya. Tidak ada kontrol visual di kakinya, pergerakannya sama persis saat Lucienne hanya melihat ke boneka atau saat saya menempatkan boneka di atas kepalanya. di balik itu, kontrol peraba di kaki sangat nyata. Setelah goyangan pertamanya, Lucienne menggerakkan kakinya seolah-olah ingin menggenggam dan mengeksplorasinya.
  • Usia 11 bulan: “Jacqueline didudukkan dan menggoyangkan bel kecil. Ia lalu diam untuk menempatkan bel di depan kaki kanannya. Jacqueline menendangnya dengan kencang. Karena tidak bisa mengambil belnya lagi, ia mengambil bola lalu menempatkannya di tempat yang sama, di depan kaki kanannya, untuk ia tendang lagi.”
Catatan dari perkembangan bayi inilah yang menjadi landasan bagi teori perkembangan anak Piaget. Walau Anda tidak berprofesi sebagai peneliti sepertinya, cara pengamatan ala Piaget ini akan sangat bermanfaat untuk mengamati perkembangan anak Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar