Jumat, 05 Desember 2014

bab I Skripsi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar dan guru yang memiliki peranan sebagai pengajar, dimana kegiatan belajar mengajar ini terdapat  satu keterkaitan yang sangat erat antara siswa dan guru sehingga terjadi interaksi pembelajaran. Bentuk interaksi ini adalah siswa menerima materi pelajaran dan guru memberikan pengajaran. Interaksi tersebut dapat dikatakan sukses apabila memiliki indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut Smisth dan Ragan, (2003 dalam Benny, 2009:18) beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran adalah efektif, efisien, dan menarik. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, sedangkan makna dari pembelajaran yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang menarik agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, sosok guru menjadi pemeran utama sebagai fasilitator pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa. Namun pada kenyataanya untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa  itu bukanlah hal yang mudah, fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru (Trianto, 2010:55). Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap siswa yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan praktik pengalaman lapangan (PPL) peneliti di SDN Campurejo 2 Kediri, kenyatannya masih dijumpai peneliti prestasi belajar IPA dan Bahasa Indonesia yang dicapai siswa masih relatif rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas, 5) hasil belajar yang belum memuaskan. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.
Dalam pengajaran IPA dan Bahasa Indonesia diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan model tertentu dalam pembelajaran, karena suatu model dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan salah satu kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran inilah yang berperan sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Trianto (2010:72) pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa. Untuk mengantisipasi masalah tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. Peneliti terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar IPA dan Bahasa Indonesia. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran integratif dengan menggunakan media audiovisual. Dalam model pembelajaran integratif siswa diajak berfikir kongkrit dan terpusat pada topik tertentu yang mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi, dan hubungan diantara semuanya, sehingga dapat memupuk kretivitas siswa dengan melatih berfikir kritis terhadap suatu hal yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam serta Bahasa Indonesia.
Menurut Prihantoro, (1986 dalam Trianto, 2010:137) IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan tegnologi yang dapat melahirkan kemudahan bagi kehidupan.
Dalam belajar IPA siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi siswa dengan teori melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tertuju pada pengembangan aspek fungsional bahasa, yaitu peningkatan kompetensi Berbahasa Indonesia. Ketika kompetensi berbahasa yang menjadi sasaran, para guru lebih berfokus pada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis (Laksmi, 1986 dalam Trianto, 2010:142).
Dalam Kurikulum, 2004 (Depdiknas, 2004:3) dinyatakan bahwa standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu berbahasa merupakan belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
            Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian Pengaruh Media Audiovisual pada Pembelajaran Integratif terhadap Kemampuan Mendeskripsikan Energi dan Menceritakan Peristiwa pada Siswa Kelas III SDN Campurejo 2 Kediri

B.     Identifikasi Masalah
Dari permasalahan yang dikaji oleh peneliti maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemukan diantaranya:
1.      Apakah keaktifan dan motivasi siswa dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran?
2.      Apakah model pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran?
3.      Model pembelajaran menarik yang seperti apa agar siswa aktif dan termotivasi dalam pembelajaran?
4.      Apakah penggunaan model pembelajaran integratif dengan didukung media audiovisual dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa?

C.    Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititik beratkan pada:
1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kota Kediri Tahun Ajaran 2014/2015. SDN Campurejo 2 yang terdiri dari dua kelas.
2.      Materi Pokok
Materi pokok dalam pembelajaran ini adalah materi pokok dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
SK: 4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi.
KD: 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia.
SK: 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan bercerita.
KD: 6.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar.
3.      Penguasaan Materi
Penguasaan dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menguasai materi yang berkaitan dengan:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA):
Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia:
Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar.
4.      Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan untuk proses pembelajaran adalah model integratif dengan didukung media audiovisual.

D.    Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa dengan menggunakan pembelajaran integratif pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri?
2.      Bagaimanakah kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa dengan menggunakan pembelajaran integratif didukung media audiovisual pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri?
3.      Adakah pengaruh penggunaan pembelajaran integratif dengan media audiovisual terhadap kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri?

E.     Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa yang dialami dengan menggunakan pembelajaran integratif pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri.
2.      Untuk mengetahui kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa dengan menggunakan pembelajaran integratif didukung media audiovisual pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri.
3.      Untuk membuktikan perbedaan kemampuan mendeskripsikan energi dan menceritakan peristiwa pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri dengan menggunaan pembelajaran integratif tanpa didukung media audiovisual.
F.     Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian lapangan  ini berguna secara teoritis dan praktis. Kegunaan teoritisnya adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama. Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk media alternatif bagi guru di sekolah lain dalam mengajarkan materi kemampuan mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari dan menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar dengan lebih efektif dan efisien bagi siswa sehingga siswa tidak kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Adapun kegunaan secara praktis, penelitian ini berguna bagi siswa, guru, peneliti dan pembaca :
1.      Bagi siswa sebagai objek penelitian
Penelitian ini dapat membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam kemampuan mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari dan menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar serta meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
2.      Bagi guru atau pendidik
Dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas III tentang suatu alternatif pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar pada siswa, sehingga dapat membentuk karakter siswa yang mampu berfikir kritis dalam setiap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Bagi peneliti lainnya
1)      Guna menambah pengetahuan yang di miliki peneliti dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini.
2)      Dapat menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan sekolah dasar.
4.      Bagi pembaca
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran yang tepat untuk anak sekolah dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar