Sabtu, 09 Februari 2013

PENDIDIKAN SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR

A.   PENDIDIKAN SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR

Pendidikan  Seni  Rupa  sesungguhnya  merupakan  istilah  yang  relatif  baru  digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan  istilah menggambar. Penggunaan istilah  pengajaran menggambar  ini  berlangsung  cukup  lama  hingga  kemudian  diganti dengan  istilah  Pendidikan  Seni  rupa. Materi  pelajaran  yang  diberikan  tidak  hanya menggambar  tetapi  juga  beragam  bidang  seni  rupa  yang  lain  seperti  mematung,  mencetak, menempel  dan  juga  apresiasi  seni. Tujuan  pengajaran  menggambar  di  sekolah  adalah  untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan  seni  merupakan  sarana  untuk  pengembangan  kreativitas  anak.  Pelaksanaan pendidikan  seni  dapat  dilakukan  melalui  kegiatan  permainan.  Tujuan  pendidikan  seni  dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi  seniman,  melainkan  untuk  mendidik  anak  menjadi  kreatif.  Seni  merupakan  aktifitas permainan,  melalui  permainan  kita  dapat  mendidik  anak  dan  membina  kreativitasnya  sedini mungkin.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  seni  dapat  digunakan  sebagai  alat  pendidikan.
Pendidikan  Seni  Rupa  adalah  mengembangkan  keterampilan  menggambar,  menanamkan kesadaran  budaya  lokal,  mengembangkan  kemampuan  apreasiasi  seni  rupa,  menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin  ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
B.   PERIODISASI PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK-ANAK
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori tentang  dunia  kesenirupaan  anak  yang  telah  dikembangkan  oleh  para  ahli,  agar  ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai  dengan  kelas  III  ditandai  dengan  kuatnya  daya  fantasi-imajinasi,  sedangkan  kelas  IV sampai  dengan  kelas  VI  ditandai  dengan mulai  berfungsinya  kekuatan  rasio.  Perbedaan  kedua karakteristik  ini  tampak  pada  gambar-gambar  (karya  dua  dimensi)  atau  model,  patung  dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya. 
Ada beberapa tokoh yang telah melakukan kajian tentang periodisasi karya seni rupa anak, di antaranya Corrado rinci dari Italia ( 1887 ), kemudian dilanjudkan oleh Sully, Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt, Margaret Meat, Victor Lowefeld dan Brittain, Rhoda Kellog, Scot, Langsing, dan lain-lain.
1.      Periodisasi perkembangan seni rupa anak menurut Victor Lowenfeld dan Lambert Brittain adalah:
Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
·         Masa mencoreng ( scribbling )                               : 2-4 tahun
·         Masa prabagan ( preschematic )                            : 4-7 tahun
·         Masa bagan ( schematic period )                           : 7-9 tahun
·         Masa realism awal ( Dawning realism )                    : 9-12 tahun
·         Masa naturalism semu ( Pseudo naturalistic )                      : 12-14 tahun
·         Masa penentuan ( period of Decision )                    : 14-17 tahun
2.     Tahapan perkembangan menurut Victor Lowenfeld dan Lambert Brittain sebagai berikut:
a.     Masa mencoreng- moreng (scribbling )
Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk obyek. Biasanya tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas dengan arah vertical dan horizontal.
Periode ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : corengan tidak beraturan, corengan terkendali dan corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan pada corengan tidak beraturan adalah bentuk gambar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memilki semangat yang tinggi. Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Corengan bernama dapat diamati ketika anak dapat membuat goresan yang terkontrol bahkan memberinya nama.
b.     Masa pra bagan ( Pre Schemic Period )
Cirri-ciri anak pada masa ini adalah anak telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk member kesan objek dari dunia sekitar. Aspek warna belum ada hubungantertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya. Penempatan objek bersifat subjektif, didasarkan pada kepentingannya.
c.     Masa realism awal ( Early Realism )
Pada periode ini karya anan lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Pemahaman warna sudah mulai disadari, penguasaan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizontal.
d.     Masa naturalisme semu
Pada masa ini kemampuankemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Penguasaan rasa perbandingan ( proporsi ) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruang dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaan.
e.     Periode Penentuan
Karya yang dibuat pada anak usia ini sudah menunjukkan penguasaan teknik menggambar dengan baik. Penguasaan ruang diwujudkan dengan penguasaan perspektif dengan baik. Begitu pula warna yang digunakan sudah mendekati naturalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar