Filosofi Bambu
Filosofi Pohon Bambu
Sumber: http://lifestyle.okezone.com/ 18 September 2009
POHON BAMBU tak hanya menarik ketika
ditata untuk menghias taman. Pohon berbatang ramping itu juga mengandung
filosofi hidup yang berguna untuk manusia. Kita dapat menjumpai pohon
bambu dengan murah di sekitar lingkungan.
Penampakannya sangat khas, rimbun
berumpun dengan batang yang panjang serta daun yang bentuknya mirip
rumput. Saat angin berembus, suara dari gesekan daun bambu memancarkan
ciri tersendiri. Pohon yang dapat menyejukkan taman rumah ini menyimpan
filosofi yang bisa jadi belum diketahui banyak orang. Bambu, yang
perubahan “wujudnya” terbilang lambat, sebetulnya memiliki kekuatan pada
akar. Satu hingga tiga tahun, pertumbuhan pohon ini dirasa lambat.
Namun, sebenarnya selama kurun waktu
tersebut, akar bambu sedang tumbuh dengan pesat sehingga memiliki
kekuatan yang luar biasa. Pertumbuhan bambu baru terlihat secara
signifikan setelah empat tahun, dengan akar-akarnya yang juga tumbuh
subur. Pada tahun kelima, setelah pertumbuhan akarnya selesai, barulah
batang bambu akan muncul.
Tumbuh menjulang ke langit. Proses
kehidupan pohon bambu mengandung arti filosofis buat manusia, yakni
betapa fondasi yang kuat sangat diperlukan. Menurut klasifikasinya,
bambu tergolong tanaman rumput. Namun, bambu adalah rumput spektakuler.
Tingginya bisa terentang dari 30 cm hingga 30 meter. Bambu sebuah
tanaman rumput yang unik. Nah, inilah pelajarannya. Meskipun berlatar
tanaman rumput, bambu menjadi beda lantaran karakternya.
Kegunaan dan cara bambu mengekspresikan
diri, menjadikannya tanaman rumput yang berbeda. Dalam kehidupan pun
latar belakang, kita sebenarnya bukanlah penentu, melainkan bagaimana
kita berupaya mengekspresikan potensi diri, tidak peduli latar belakang
kita.
Itulah yang akhirnya membuat kita menjadi
pribadi luar biasa. Pohon bambu juga mengajari kita soal fleksibilitas.
Kita jarang menyaksikan bambu roboh. Di tengah tumbangnya pohon-pohon
lain akibat serangan angin puting beliung, bambu tetap tegar berdiri.
Selain karena akar yang kuat, batangnya
juga mampu bergoyang bersama angin. Alhasil, dalam cuaca buruk dan angin
kencang, pohon bambu bisa bergoyang dan mengeluarkan desis suara
mengikuti irama angin. Sementara pohon-pohon lain yang memiliki batang
lebih besar, justru tidak kuat menghadapi ganasnya angin. Inilah yang
disebut fleksibilitas.
Bambu tergolong keluarga gramineae,
disebut juga dengan giant grass berumpun dan terdiri atas sejumlah
batang yang tumbuh secara bertahap. Mulai rebung, batang muda, hingga
umur dewasa yang mencapai 4?5 tahun. Bentuk batang bambu berbuku-buku
atau beruas. Dia juga berdinding keras, dan di tiap ruasnya ditumbuhi
mata tunas atau cabang.
Akar bambu berbentuk rimpang berbuku dan beruas. Setiap buku akan ditumbuhi serabut dan tunas yang dapat tumbuh sebagai batang.
Menurut arsitek lanskap Bintang Nugroho,
pohon bambu adalah tanaman unik yang hampir sama dengan jenis rumput.
Pertumbuhannya bertahap, tetapi sangat cepat. “Pohon tersebut mempunyai
batang tinggi. Daunnya yang seperti rumput mempunyai kesan unik
tersendiri,” jelas Bintang.
Bintang menambahkan, bila kita menanam
pohon tersebut di taman, nuansa tropis akan tercipta. Hunian pun tentu
akan terasa lebih sejuk dan nyaman. Menurut peneliti dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Elizabeth A Widjaja, di Indonesia terdapat 160
jenis bambu. Sebanyak 88 jenis di antaranya merupakan bambu endemik atau
jenis bambu khas yang terdapat di suatu daerah. Semua jenis bambu itu
memiliki berbagai nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Selain untuk kebutuhan perumahan dan
perkakas rumah tangga atau tanaman hias, bambu merupakan salah satu
jenis pohon yang sangat baik untuk kelestarian lingkungan. “Sebagai
fungsi pelestari lingkungan yang paling baik, bisa kita buktikan bahwa
setiap ada rumpun bambu di sana, sudah pasti ada sumber air,” katanya.
Begitu banyak keunikan pohon bambu yang
kita temui. Menurut jenisnya, bambu ada yang berjenis bambu tali, pohon
bambu rebung, bambu gombong, bambu wulung, bambu jepang, dan bambu
china.
Arsitek Ridwan Kamil mengungkapkan,
biasanya pohon bambu jepang mempunyai batang yang pendek, cenderung
jarang-jarang atau tidak berumpun. “Tingginya pun mudah untuk kita
atur,” imbuh Ridwan.
(nsa)
(nsa)
Sekokoh dan Selentur Bambu
Oleh : Achmad Siddik ThohaSumber: http://filsafat.kompasiana.com/ 01 February 2012
Semua orang tak ada yang tak mengenal
bambu. Tumbuhan dengan batang lurus menjulang sering disebut juga dengan
pohon bambu. Bambu sebenarnya berasal dari keluarga rumput-rumputan.
Namun ia memiliki batang yang seperti layaknya pohon. Bambu juga
dijuluki raja dari masyarakat rerumputan.
Bambu ada yang tumbuh secara berumpun
(Simpodial) dan ada pula yang secara individual (monopodial). Bambu
hidup di hampir seluruh kawasan Asia. Bahkan China dijuluki sebagai
negeri tirai bambu karena luasnya areal tanaman bambu yang tumbuh
disana. Demikian juga negeri Jepang, sangat terkenal dengan bambunya,
karena telah menjadi bagian dari budaya dan kebutuhan hidup.
Dari sisi pertumbuhan, bambu terbilang
lambat di awal pertumbuhannya. Bukan tanpa maskud, bambu terlebih dulu
membentuk sruktur akar yang kuat mengeraskan tanah dan mengambil ruang
bersaing dengan tanaman lain selama tiga tahun. Baru sekitar tahun
keempat, akar bambu mulai tumbuh subur dan memiliki kekuatan luas biasa.
Tahun kelima barulah batang bambu muncul.
Bambu tergolong keluarga gramineae,
disebut juga dengan giant grass berumpun dan terdiri atas sejumlah
batang yang tumbuh secara bertahap. Mulai rebung, batang muda, hingga
umur dewasa yang mencapai 45 tahun. Bentuk batang bambu berbuku-buku
atau beruas. Dia juga berdinding keras, dan di tiap ruasnya ditumbuhi
mata tunas atau cabang. Meski berasal dari keluarga rerumputan, bambu
memiliki ekspresi yang berbeda dari tanaman rumput lain. Bambu memiliki
batang yang besar dan panjang menjulang hingga mencapai 30 m. Bambu
memiliki batang yang lentur, selentur tanaman rerumputan lain. Daunnya
yang seperti rumput mempunyai kesan unik tersendiri.
Dengan akar yang kuat dan batang yang
lentur, bambu memiliki ketahanan yang tinggi dari terpaan angin. Saat
angin kencang bertiup dan banjir melanda, bambu tetap bisa bertahan. Dia
melambai gemulai mengikuti kecepatan angin. Akarnya yang kokoh tetap
bertahan menahan gerusan banjir yang akan menghayutkannya. Saat
pohon-pohon lain bertumbangan, bambu tetap tegak berdiri dan berayun
gemulai.
Manfaat bambu sangatlah banyak. Bahan
bangunan, peralatan makan, jembatan, bahan makanan, perabotan rumah
tangga, hiasan dan souvenir adalah deretan manfaatnya. Namun manfaat
terbesar terletak pada fungsi pelestari lingkungan yang paling baik.
Bisa kita buktikan bahwa setiap ada rumpun bambu di sana, sudah pasti
ada sumber air. Bambu tumbuh baik ditepi sungai atau aliran air
sekaligus pelindung tebing dan sisi sungai yang kokoh. Bambu mampu
melindungi tanah dari benturan tetes air dan gerusan aliran permukaan
saat hujan lebat dan banjir.
Bambu menyimpan banyak inspirasi bagi
manusia. Latar belakang bambu yang berasal dari keluarga rumput yang
dikesankan sebagai tumbuhan lemah dan diremehkan tidaklah menghalanginya
berekspresi. Bambu mampu mengekspesikan diri menjadi sosok yang kokoh
namun lentur dan kaya manfaat. Dengan kemampuan ekspresi yang kuat dan
unik maka kita akan berhasil menjadi yang terbaik, minimal di komunitas
kita.
Fleksibilitas atau kelenturan bambu
mengajari manusia bagaimana mampu beradaptasi pada lingkungan yang
ekstrim sekaligus. Saat arus masalah datang, kita perlu bersikap lentur,
tidak menentang atau hanyut atau bahkan lari darinya. Penentangan yang
keras akan berakibat robohnya ”tubuh” kehidupan kita, sebaliknya hanyut
dan lari dari masalah akan menghilangkan eksistensi diri. Maka bersikap
lentur, menyesuaikan dengan keadaan adalah pelajaran berharga dari bambu
untuk terus bisa eksis dan bermanfat. Saat orang lain bertumbangan
dalam menghadapi masalah, maka manusia berkarakter bambu akan tetap
eksis, menampilkan lambaian indah dan terus memberi manfaat.
Hanya manusia yang tetap eksis jati
dirinya dan kokoh pendiriannya yang bisa memberi banyak manfaat bagi
lingkungan. Bila kita ingin mampu memberi manfaat sebanyak mungkin bagi
lingkungan kita, maka keberanian berekspresi secara maksimal,
fleksibilitas menghadapi tantangan dan tak peduli dengan masa lalu, yang
merupakan karatkter bambu bisa kita contoh.
Jadilah Seperti Pohon Bambu
Oleh: Octa Dwinanda
Sumber: http://octadwinanda.com/ 21 Mei 2012
Anda
tahu panda ? Ya, itu loh binatang asli dari negerinya Wong Fei Hung,
Cina. Saat ini saya tidak ingin menuliskan tentang panda, tapi makanan
utamanya, yaitu pohon bambu. Ya, saya tertarik menuliskan tentang pohon
bambu, setelah beberapa hari yang lalu di salah satu sesi di pelatihan
soft skill yang diadakan oleh kantor dimana saya bekerja, menyinggung
sedikit tentang filosofi pohon bambu. Saya pikir akan bermanfaat juga
bagi yang lain seandainya saya share di sini.
Dijelaskan bahwa pohon bambu itu, dari
akar sampai daunnya mempunyai fungsinya masing-masing. Ini menggambarkan
bahwa pohon bambu mempunyai manfaat yang luas bagi kehidupan. Semisal
akarnya, dikarenakan memiliki sistem perakaran serabut dengan akar
rimpang yang kuat, memungkinkan tanaman bambu dapat menjaga sistem
hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan
sebagai tanaman konservasi.
Kemudian batangnya. Untuk batang bambu
muda bisa dijadikan masakan khas dengan cita rasa tinggi. Bahkan di
beberapa daerah menjadi makanan mahal. Selain itu batang bambu juga bisa
digunakan sebagai bahan bangunan dan biasa juga dijadikan sebagai bahan
baku untuk kerajinan tangan.
Lalu daunnya. Diberbagai buku-buku
herbal, daun bambu bisa dijadikan obat untuk penyembuhan. Dipercaya
bahwa daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang
tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.
Anda bisa melihat bahwa tidak ada satu
bagianpun dari pohon bambu yang tidak mempunyai manfaat. Kita sebagai
manusia yang mempunyai perasaan dan pikiran, bisakah seperti pohon
bambu. Bisakah setiap perkataan yang keluar dari mulut kita tidak
merupakan hal yang sia-sia, tapi perkataan yang selalu mempunyai nilai
manfaat bagi orang yang mendengarnya ? Bisakah setiap perbuatan yang
kita lakukan tidak merupakan hal yang mubazir, tapi perbuatan yang
selalu mempunyai daya guna bagi lingkungan ?
Mari kita simak perkataan Buya Hamka berikut :
“Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja”
Dalam berbagai kalimat bijak, pohon bambu banyak dijadikan perumpamaan.
Ketika pohon bambu ditiup angin kencang,
dia akan merunduk. Setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali.
Seperti perjalanan hidup seorang manusia, pastilah tidak lepas dari
cobaan dan rintangan. Jadilah seperti pohon bambu. Yakinlah bahwa cobaan
dan rintangan itu akan berlalu. Setelah itu segeralah bangkit dan
berdiri tegak, seperti pohon bambu yang kembali tegak setelah angin
berlalu.
Anda bisa menyimak salah satu cerita
inspiratif dan motivatif tentang pohon bambu di artikel yang saya
dapatkan dari hasil googling di internet dengan judul : Jadilah Seperti
Sebatang Pohon Bambu.
Terakhir, mungkin saya hanya bisa
mengingatkan kembali bahwa hidup itu hanya sekali, kawan. Sejarah akan
mencatat kita sebagai apa. Tidak perlulah untuk menjadi orang besar,
cukuplah jadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya, walaupun
mungkin hanya sebatas lingkungan keluarga saja. Jadilah seperti pohon
bambu.
Terakhir dari yang terakhir, sebelum saya
menutup artikel ini, ada sedikit pesan…. renungkanlah apa yang
dikatakan Buya Hamka diatas, kawan. Renungkanlah… Renungkanlah !
Salam Bahagia,
Octa Dwinanda
Octa Dwinanda
NB : Secuil tulisan dari hasil renungan
untuk bisa menjadi seperti sebatang pohon bambu yang bisa memberikan
manfaat untuk lingkungan, walaupun hanya sekedar tulisan sekedarnya,
seadanya.
Ilmu Sebatang Bambu
Sumber: http://www.gatra.com/ 18 Maret 2012
Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi di antara bambu-bambu lainnya.
Suatu hari sang petani berkata kepada
bambu tersebut, ”Wahai bambu, maukah engkau kujadikan pipa saluran air
untuk mengairi sawahku?”
Bambu menjawab, ”Tentu aku mau bila dapat
berguna bagi Tuan. Tapi apa yang akan kau lakukan untuk membuatku
menjadi pipa saluran itu?”
Kata sang petani, ”Pertama, aku akan
menebangmu, lalu aku akan membuang cabang-cabang yang dapat melukai
orang yang memegangmu. Lalu aku akan membelah-belah engkau sesuai
keperluanku. Terakhir, aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam
batangmu, agar air dapat mengalir dengan lancar. Apabila sudah selesai,
engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air utk mengairi sawah,
sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh subur”.
Mendengar hal itu, batang bambu terdiam
cukup lama. Kemudian ia berkata, ”Tuan, aku akan merasa sangat sakit
saat kau menebang, membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi
ketika engkau membelah batangku, dan pasti tak tertahankan sakitnya
ketika engkau mengorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat
penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu?”
Petani menjawab, ”Engkau pasti kuat
melalui semua ini, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling
kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah”.
Akhirnya batang bambu itu menyerah.
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yg dulu
hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi
pipa saluran air yang mengairi sawah, sehingga padi dapat tumbuh subur
dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan
tanggung jawab dan persoalan yang kita hadapi, Tuhan sedang memproses
kita untuk menjadi indah di hadapanNya?
Sama seperti batang bambu tadi, kita
sedang ditempa. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan takkan
memberi beban yang tak mampu kita pikul.
Jadi maukah kita berserah pada kehendak
Tuhan? Biarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan
kita alat yang berguna bagi sesama. (HP)
Belajar dari Filosofi Bambu Bali
Sumber: http://sains.kompas.com/ 20 Juli 2010
KOMPAS.com — Bambu
merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan
masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap upacara
keagamaan, bambu pasti digunakan, baik daun maupun batangnya. Bambu juga
menjadi salah satu bagian bangunan adat di Bali. Bagi masyarakat Bali,
bambu memang memiliki filosofi yang sangat mendalam.
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu
dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi
masyarakat Bali, terutama penganut agama Hindu. “Bambu adalah tanaman
yang memang serba guna. Semasa kecilnya, saat masih mudah tegak. Tapi,
saat tua akan menunduk. Ini lambang sebuah filosofi Hindu yang selalu
menjaga sopan santun,” kata Ida Bagus Ketut Arinasa, ahli etnobotani
dari Kebun Raya Bogor di sela-sela Association for Tropical Biology and
Conservation 2010 di Bali, Selasa (20/7/2010).
Ia menambahkan, filosofi lain dari bambu
adalah sifatnya yang semakin lama semakin kuat, baik batang maupun
akarnya, yang membentuk kesatuan rumpun. Bambu juga tidak membutuhkan
pemeliharaan yang sangat intensif sehingga bisa tumbuh di mana saja.
Bahkan dari segi kegunaan, hampir setiap bagian bambu berguna.
Ketut Arinasa mengatakan, saat ini ada
lima jenis bambu endemik yang masih digunakan umat Hindu Bali, baik
dalam upacara keagamaan maupun kebutuhan sehari-hari. Tak sembarang
bambu yang digunakan sehingga kelima jenis bambu ini masih dijaga baik
oleh masyarakat. Masing-masing jajang aya (Gigantochloa aya), jenis
bambu ukuran besar yang bisa setinggi 15 meter dan diameter 12
sentimeter. Bambu jenis ini digunakan untuk atap bangunan suci.
Kedua, jenis bambu yang disebut jajang
taluh (Gigantochloa taluh) yang khas dengan batang berwarna hijau
keputih-putihan. Bambu jenis ini biasa dipakai untuk gedek atau dinding
dalam upacara dengan kualitas paling bagus. Ketiga, bambu yang disebut
tiying ooh (Bambuca ooh) yang unik dengan morfologi ruas agak panjang,
warna batang hijau, dan tebal buluhnya tidak mencapai setengah
sentimeter. Bambu jenis ini dipakai untuk tempat sesajen atau sanggar
pucuk saat upacara agama.
Keempat, bambu kedampal (Sahizostachyum
cestaneum) yang memiliki batang lebih pendek dan buluh tipis, tapi
panjang. Buluh kedampal dipakai untuk tempat air suci dan alat musik
khas Bali, gerantang. Kelima, bambu tiying alas atau Dinochroa sepang.
Di antara bambu endemik itu, hanya jenis ini satu-satunya jenis bambu
yang masih tumbuh di tempat aslinya, yakni hutan alam Sepang Buleleng
dan Jembrana.
Menurut Ketut Arinasa, kebutuhan yang
banyak terhadap bambu dalam berbagai keperluan di Bali bukannya membuat
tanaman ini punah. Justru, karena sadar terhadap kebutuhan terebut,
masyarakat bahu-membahu untuk menjaga kelestariannya.
Jadilah Seperti Pohon Bambu
Alkisah di suatu desa yang begitu sejuk
dinaungi pepohonan rindang, tumbuhlah sebatang pohon mahoni yang begitu
besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa
kuatnya dia. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun
yang melihatnya.
Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu
berada, tumbuhlah serumpun kecil bambu. Dilihat kasat mata, sungguh
suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi. Pohon
mahoni yang begitu gagah dengan ranting-ranting besar, dan bambu yang
begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah.
Walaupun berbeda, mereka selalu hidup
berdampingan. Sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni
setiap hari, hampir setiap waktu mereka berbincang dan berbincang.
Pohon mahoni selalu menyombongkan diri,
betapa besar dan hebatnya dia, namun sang bambu tidak pernah jenuh
mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum. Dia selalu
mengomentari segala ucapan mahoni dengan pujian, dengan tulus hati.
Suatu malam, hujan deras menguyur desa
tersebut disertai angin yang berhembus kencang. Suara gemuruh guntur
turut menambah suasana semakin mencekam. Banyak pohon bertumbangan
karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni
dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba
bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.
Sang pohon mahoni yang panik, berusaha
menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun
badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang,
dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut.
Sang bambu yang berada disampingnya, tak terelakkan juga harus menghadapi
tiupan angin kencang. Berbeda dengan mahoni yang mencoba menahan deruan
angin kencang dengan dahannya yang kokoh, bambu hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya. Dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin.
tiupan angin kencang. Berbeda dengan mahoni yang mencoba menahan deruan
angin kencang dengan dahannya yang kokoh, bambu hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya. Dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin.
Angin kencang pun berlalu, sang bambu
tetap berdiri di atas tanah, di samping pohon mahoni yang tumbang
akibat terpaan angin kencang.
Dalam pencapaian sukses, manusia selalu
dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Untuk
mencapai sukses, kita harus mampu menghadapinya dengan cara yang paling
fleksibel. Kita harus mengetahui sumber permasalahan dan mencari jalan
keluar terbaik.
Seperti sebatang bambu yang mengikuti
terpaan angin, kita juga harus menyikapi masalah secara fleksibel,
terbuka, tidak terpaku pada satu macam penyelesaian. Karena bila kita
bersikap kaku, menggangap diri kita paling hebat dan kuat, tidak peduli
dengan orang lain, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang
besar. []
Filosofi Bambu Dalam Falsafah Jawa
Oleh: JB Judha JiwanggaSumber: http://asji.info/
Apakah filosofi bambu dalam falsafah
Jawa? Orang Jawa selalu dekat dengan bambu karena bambu sudah menjadi
bagian dari hidup orang Jawa. Bambu memberikan banyak manfaat. Karena
kedekatannya dengan bambu, oran Jawa mampu mengambil refleksi dari bambu
untuk dijadikan nilai-nilai luhur yang dihidupi. Filosofi bambu
dijadikan sebuah simbol untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang baik.
Dalam falsafah Jawa, filosofi bambu disesuaikan dengan unsur sentral
kebudayaan Jawa yaitu rila (ikhlas), nrima (bersyukur), dan sabar.
Rila atau eklas berarti kesediaan
menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya kepada Tuhan. Nrima
berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban yang telah ada, tidak
memberontak tetapi mengucapkan terima kasih. Sabar menunjukkan ketiadaan
hasrat, ketiadaan ketaksabaran, ketiadaan nafsu yang bergolak (Suwardi
Endraswara. 2003. Falsafah Hidup Jawa. Cakrawala. hal 43-44).
Filosofi bambu ini diangkat dalam sebuah
lagu hip-hop yang berjudul ngelmu pring yang diciptakan oleh G.P
Sindhunata, SJ. Lagu ini ditenarkan oleh kelompok musik Jogja Hip-Hop
Foundation. Dalam lagu ini banyak sekali nilai-nilai moral yang
diajarkan melalui simbol bambu. Karena dikemas menggunakan lagu hip-hop
yang sesuai dengan selera anak muda, maka lagu ini dapat menjadi
pembelajaran nilai-nilai moral bagi kaum muda yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Pring deling tegese kendel lan eling, kendel marga eling timbang nggrundel nganti suwing.
Hidup itu berani dan ingat. Berani disini
berarti berani membela yang benar karena ingat bahwa hal itu memang
benar. Kebanyakan dari anak muda sekarang melakukan tindakan yang jelek
hanya karena sebuah gengsi. Mereka hanya sedang ikut-ikut dengan trend
yang ada. Ketika blackberry sedang menjadi trend di masyarakat maka
banyak yang membelinya. Jika tidak membelinya maka dikatakan akan
ketinggalan zaman padahal handphone fungsi utamanya adalah untuk
berkomunikasi dan untuk membantu pekerjaan tetapi mereka hanya berlomba
untuk mencari prestise.
Di tengah trend diatas, itu masih ada
anak Indonesia yang berani melakukan hal berbeda. Mereka tidak ikut arus
perkembangan zaman yang membawa dampak negatif. Banyak dari mereka
menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menimba ilmu daripada harus
mencari sebuah gengsi. Uang yang mereka miliki mereka gunakan untuk
membeli buku agar menambah wawasan atau juga mereka gunakan untuk
membantu mereka yang berkekurangan dengan bakti sosial daripada
digunakan untuk membeli yang tidak berguna.
Jadi mengapa kita harus ikut
membuang-buang uang dan waktu hanya untuk mengejar sebuah gengsi? Lebih
baik kita gunakan uang dan waktu kita untuk mempersiapkan masa depan
kita. Gengsi hanya bersifat sementara. Jika kita ingin mencari sebuah
pengakuan maka kita tunjukkan dengan bakat dan kemampuan kita untuk
membuat sesuatu yang berguna.
Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg, rejeki seret, rasah dha buneg.
Bambu hanya sebuah rumput tetapi bisa
berdiri tegak. Perumpamaan ini ingin mengajarkan bahwa kita hendaknya
memiliki mental yang kuat ketika menghadapi cobaan. Kita harus tangguh
dan tidak mudah menyerah sebelum menyelesaikannya. Seperti sebuah slogan
pada saat masa perjuangan yang menunjukkan tekad untuk berjuang yaitu
merdeka atau mati.
Bermental tangguh itu harus kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Saat mempersiapkan ulangan, kita harus
belajar dengan baik agar kita dapat mengerjakan ulangan dengan baik
tanpa mencontek. Saat kita diberi kepercayaan sebagai pengurus OSIS,
kita menjadi pelayan yang baik bagi teman-teman yang lain walaupun
banyak tugas yang harus di selesaikan. Dewasa ini banyak pelajar
Indonesia yang bekerja untuk mencukupi biaya sekolah sendiri. Itulah
semangat yang hendaknya kita tanamkan pada diri kita masing-masing
karena kita adalah masa depan Indonesia yang harus membangun Indonesia
menuju arah yang lebih baik.
Pring ori, urip iku mati, kabeh sing urip mesti bakale mati.
Segalanya yang hidup pasti akan untuk
mati. Hidup itu hanya sekali maka dari itu isilah dengan hal-hal yang
bermanfaat. Tidak ada artinya menghabiskan waktu dengan bersenang-senang
terus. Lebih baik melakukan tindakan yang berguna bagi diri sendiri dan
sesama.
Saat terjadi bencana alam letusan gunung
Merapi banyak sukarelawan dari kalangan anak-anak SMA yang turun
membantu korban bencana. Seperti contohnya posko pengungsian di SMA Van
Lith Muntilan, banyak sekali siswa-siswi SMA yang menjadi sukarelawan
mulai dari SMA Seminari Mertoyudan, SMA Van Lith, SMA De Britto, dll
yang membantu korban bencana alam. Mereka mencurahkan waktu dan tenaga
mereka untuk membantu orang-orang yang berkesusahan akibat bencana
Merapi. Mengapa mereka mau bersusah-susah demi korban bencana Merapi?
Mereka bisa saja hanya diam dirumah dan tidak ikut menolong. Namun
nyatanya mereka memilih untuk tetap menolong korban bencana alam.
Itu hanyalah sedikit gambaran dari
angkatan muda Indonesia yang memiliki kehendak baik. Sebenarnya kita
bisa melakukannya jika kita hidup dalam solidaritas tanpa mementingkan
diri sendiri. Jika kita hidup saling bahu-membahu maka kita bisa
membangun Indonesia bersama-sama sebagai armada muda Indonesia.
Pring apus, urip iku lampus, dadi wong urip aja seneng apus-apus.
Hidup yang damai adalah hidup dalam
kejujuran. Kejujuran adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini.
Banyak orang sukses karena mereka jujur. Tetapi saat ini menghidupi
nilai kejujuran di tengah kebobrokan Indonesia rasanya menjadi hal
berat.
Pengalaman saya menjadi seorang pelajar
saat ulangan pasti saya mencontek. Saat SMP saya sering sekali
mencontek. Bagi saya menghidupi kejujuran sebagai pelajar itu berat
sekali. Tetapi saya sadar apa gunanya mencontek jika itu tidak
mengembangkan diri saya. Saya mendapat nilai baik tetapi tidak
berkembang. Akhirnya saat SMA saya menghidupi nilai kejujuran itu. Sudah
3 tahun saya tidak mencontek dan nilai-nilai saya tetap baik walaupun
kadang mendapat nilai jelek juga tetapi saya tetap senang karena itu
hasil jerih payah saya sendiri.
Coba bayangkan jika setiap generasi muda
bisa hidup dalam kejujuran pasti Indonesia yang bobrok akan berubah.
Mungkin koruptor-koruptor penghisap uang rakyat tidak akan lagi di
Indonesia karena semua bertindak dengan jujur. Mari kita wujudkan armada
Indonesia yang jujur.
Pring petung, urip iku suwung, sanajan suwung nanging aja padha bingung.
Dalam perjalanan hidup, manusia kadang
menemui kehampaan. Kadang kita bingung ketika hidup rasanya hampa. Ingin
melakukan sesuatu tetapi kok tidak ada tastenya. Karena merasa sepi
maka banyak dari kita yang mencari pelarian agar merasa tidak sendirian
dengan pergi ke dugem, menyibukkan diri dengan dunia maya, dll. Ketika
merasa kesepian maka kita akan menyenangkan diri kita sendiri agar kita
bisa menghilangkan rasa sepi.
Saat-saat kita mengalami kesepian
sebenarnya adalah waktu kita untuk berhenti dan melihat kebelakang,
merefleksikan perjalanan hidup kita. Ketika merasa sepi janganlah
bingung akan kehidupan kita.kita hendaknya berefleksi dan melihat
kembali apa yang sudah kita lakukan dalam hidup kita. Setelah kita
menyadarinya maka kita menyusun rencana apa yang akan kita lakukan untuk
besok. Biarkanlah kamu melewati kesepian itu dan ingatlah bahwa kamu
masih memiliki Tuhan yang selalu menyertai kamu. Jadi jangan putus asa
dan bingung ketika kamu merasa dunia ini hampa.
Pring wuluh, urip iku tuwuh, aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh.
Kita hidup sebagai mahluk sosial yang
saling melengkapi. Dewasa ini banyak dari kita yang hidup sebagai mahluk
individualis. Kita menganggap bahwa kita hanya hidup sendiri dan bisa
hidup tanpa bantuan orang lain.
Di bulan Ramadhan sering kita lihat para
pelajar SMA yang berbagi nasi bungkus pada para pengemis di jalanan
untuk berbuka puasa. Atau para pelajar yang mengadakan konser amal yang
hasilnya nanti diserahkan ke panti asuhan. Mereka peduli kepada sesama
mereka yang berkesusahan. Jika kita hidup dalam kepeduliaan maka tidak
akan orang yang hidup dalam kesusahan.
Kita diciptakan Tuhan untuk saling
melengkapi. Kita diciptakan Tuhan dengan kelemahan dan tidak sempurna.
Ketika ada yang berkesusahan maka sudah selayaknya kita membantu yang
berkesusahan. Kita hendaknya peduli dengan sesama kita jangan bersikap
acuh tak acuh pada sesama.
Pring cendani, urip iku wani, wani ngadepi, aja mlayu marga wedi.
Berani berbuat, berani bertanggungjawab
itulah sifat seorang ksatria. Hidup jika hanya lari dari masalah sama
halnya dengan seorang pengecut. Ketika kita berani melakukan sesuatu,
maka kita juga harus berani menghadapi semua resiko atas pilihan kita.
Dewasa ini banyak sekali anak muda yang
hanya berani berbuat sesuatu tetapi tidak berani bertanggungjawab.
Misalnya banyak sekali problematika tentang remaja yang hamil dan yang
menghamili tidak mau bertanggungjawab. Itulah mentalitas pengecut yang
tidak berani bertanggung jawab atas segala tindakannya. Namun tidak
semua orang seperti itu. Masih banyak orang yang berani bertanggungjawab
atas perbuatannya.
Berani berbuat, berani bertanggungjawab.
Jangan hanya lari karena takut untuk bertanggungjawab. Bagaimana nasib
Indonesia jika banyak orang yang tidak bertanggungjawab? Apakah
selamanya negara kita akan penuh kebobrokan karena banyak oknum yang
tidak berani bertanggungjawab?
Pring kuning, urip iku eling, wajib padha eling, eling marga Sing Peparing.
Kadang kita diberi tetapi kita lupa untuk
bersyukur atas apa yang telah kita terima. Tuhan itu sudah memberikan
kepada kita banyak sekali, entah itu sebagai orang miskin atau kaya.
Yang jelas Tuhan sudah memberikan kita hidup maka dari itu harus
disyukuri.
Tahukah kalian sekolah Mangunan di
Kalasan, Yogyakarta dan sekolah informal yang didirikan Romo Mangun di
bantaran sungai Code, Yogyakarta? Sekolah itu didirikan untuk membantu
anak-anak bantaran Code yang tidak bisa bersekolah. Kita sudah bisa
mengenyam ilmu hingga sekarang karena kita diberi kesempatan oleh Tuhan
untuk belajar.
Di daerah Ethiopia masih banyak
saudara-saudara kita yang kelaparan. Sementara kita sering tidak
bersyukur atas makanan yang bisa kita makan. Malahan kita ingin makan
yang enak-enak terus tetapi pada akhirnya makanan yang tidak dimakan,
dibuang begitu saja. Kita sudah diberi rejeki oleh Tuhan, maka kita
hendaknya bersyukur.
Tuhan itu Maha Pemberi. Tuhan itu murah
hati. Tuhan telah memberikan segalanya kepada kita: kekayaan alam,
pendidikan yang bermutu, dan fasilitas yang lengkap sudah diberikan
kepada kita. Maka dari itu, kita harus bersyukur atas apa yang diberikan
oleh Tuhan. Jika kita memiliki rejeki berlebih, hendaknya kita berbagi
kepada yang berkekurangan. Mari kita bangun generasi muda Indonesia yang
penuh syukur.
Daftar pustaka:
Syair lagu Ngelmu Pring oleh G.P Sindhunata, SJ
Endraswara, Suwardi, 2003, Falsafah Hidup Jawa, Yogyakarta, Cakrawala
Suseno, SJ, Franz Magnis, 1984, Etika Jawa, Jakarta, Gramedia
Naskah ini ditulis oleh JB Judha
Jiwangga, siswa Seminari Mertoyudan dan merupakan pemenang pertama lomba
esai yang diselenggarakan UNICEF
Filosofi Bambu
Sumber:http://www.beritaunik.net/ 29 April 2012
Suatu hari dalam kondisi yang putus asa
seseorang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, bahkan berhenti
dari hubungannya dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasnya. Maka
dia pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir
kalinya. “Tuhan, berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti” katanya.
Tuhan memberi jawaban yang
mengejutkannya. “Lihat ke sekelilingmu”, kataNya. “Apakah engkau
memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?” “Ya”,
jawabnya.
Lalu Tuhan berkata, “Ketika pertama kali
Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan
seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, dan pakis-pakis
itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi
tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tapi Aku tidak
berhenti merawatnya.”
“Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu
tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang
terjadi dari benih bambu, tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.”
“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang
tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga
dengan tahun ke empat. ”
“Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas
yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, yang
kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan
kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100
kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya.
Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan
untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak
bisa mereka tangani.”
“Tahukah engkau anakKu, dari semua waktu
pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku
tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah
terhadapmu”.
Tuhan berkata, “Jangan bandingkan dirimu
dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi
lebih indah.”
“Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadanya. “Engkau akan tumbuh sangat tinggi.”
“Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadanya. “Engkau akan tumbuh sangat tinggi.”
“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh
Tuhan?” tanyanya. “Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?”
Tuhan balik bertanya. “Setinggi yang mereka mampu?” dia bertanya.
“Ya.” jawabNya “Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai.”
Lalu dia pergi meninggalkan hutan itu,
menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah menyerah terhadapnya dan Dia
juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda.
Ps: Jangan pernah menyesali hidup yang
saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang
baik memberikan kebahagiaan, hari-hari yang kurang baik memberi
pengalaman, kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini. Kadang kala
kita sering gagal dalam melakukan segala sesuatu, ingatlah No one is
perfect, jadi janganlah menyerah dan putus asa karena kegagalan yang
kita alami ibarat sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari
dapat tumbuh setinggi-tingginya.
(anonim)
(anonim)
Berbisnis dengan Filosofi
Sumber:http://amirfauzi.blogspot.com/2008/08/
Bambu Pernah dengar sebuah istilah
negeri tirai bambu, yup! Pasti terbayang negeri China. Mengapa mereka
menamainya negerinya dengan sebuah pohon, yang sepertinya tidak begitu
terlihat istimewanya.
Kita sering melihat pohon bambu saat
dalam sebuah perjalanan. Pohon ini seringkali kita lihat dihutan
belukar, ngarai, tepi sungai atau didataran rendah yang panas. Kalau
dimusim hujan, nampak begitu rimbun menyedapkan mata. Saat musim panas,
daunnya sebagaian menguning tatkala rumput sekitarnya terbakar matahari.
Ada beraneka pohon bampu, mulai dari
jenis petung, apus, tulup, bambu kuning dan banyak lagi variannya. Nah,
mari kita lihat, apa istimewanya pohon bambu ini.
Pohon bambu adalah pohon yang filosofis,
yang filosofinya bisa kita pakai dalam kehidupan maupun bisnis. Lao Tse
pernah bilang tentang pohon bambu “Sekalipun bambu meliuk diterpa angin,
dia mempunyai pegangan, akarnya menghujam ketanah”.
Tanaman bambu akan tumbuh pada empat
tahun pertama menanam, tidak ada pertumbuhan signifikan, karena pada
empat tahun pertama tersebut bambu memperkuat system pengakarannya
kedalam tanah yang dalam. Mencengkeram tanah untuk menopang batang pohon
yang semakin meninggi keatas.Setelah pertumbuhan tahun kelima, bambu
baru menunjukkan pertumbuhannya keatas yang sangat cepat dan sangat
tinggi. Lalu ketika orang menebang pohon bambu itu maka orang hanya
dapat memotong dan menggergaji bagian pangkalnya, tapi tidak akan bisa
mencabut akarnya.
Pelajaran filosofis yang dapat kita ambil
dari bambu dalam bisnis adalah membangun fundamental terlebih dahulu.
Misal, membangun kerjasama, memperkuat system, dan sebagainya. Sehingga,
sukses dikemudian hari menjadi sukses yang sesungguhnya karena dibangun
dengan kesabaran dan kegigihan. Kebanyakan orang kini menginginkan
kesuksesan isnta dan tidak sabar dalam menjalani proses dan kegagalan.
Pelajaran lain yang dapat kita ambil dari pohon ini adalah :
1. Bambu adalah tanaman rumput, tapi
bambu dapat mengekspresikan diri sedemikain rupa sehingga mampu
menghadirkan manfaat. Ini menunjukkan latar belakang tidaklah
mempengaruhi kesuksesan seseorang, selama terus berkomitmen untuk
sukses.
2. Konon, setelah Hiroshima &
Nagasaki dibom, bambu adalah pohon yang pertama kali tumbuh. Ini
menunjukkan, tentang betapa pentingnya untuk selalu bangkit dari
keterpurukan dan kehancuran. Bambu membuktikan hal itu.
3. Bambu memiliki fleksibilitas tinggi.
Jarang dijumpai bambu roboh diterjang badai. Dalam dunia bisnis, penting
banget kesehatan mental. Salah satu kematangan mental adalah pribadi
yang fleksibel, tidak kaku, berbesar hati, bersabar dan lapang dada.
Sikap ini akan menjadi obor disaat gelap menerpa dan disaat terjangan
badai menimpa.
Ada baiknya, kini kita belajar kearifan
pada sebuah rumpun bambu. Yang seringkali kita lihat keindahannya,
jangan hanya mengagumi lambaian rimbun lidah daunnya yang diterpa angin.
Mari kita belajar yang lebih esensi, bagaimana pohon bambu mengelola
kehidupannya.
Wassalam, Amir FauziFilosofi Bambu
Sumber: http://filsafat.kompasiana.com/ 31 January 2010
1.Sebelum tumbuh akar bambu lebih dulu
mengutkan dirinya sendiri, meskipun berakar serabut, pohon bambu tahan
terhadap terpaan angin kencang, dengan kelenturannya dia mampu bergoyang
bak seorang penari balet, fleksibilitas itu lah bambu. gerak yang
mengikuti arus angin …tetapi tetap kokoh berdiri di tempatnya
mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam
menjalani hidup walau penuh cobaan dan tantangan, namun tidak kaku.
2.Akar Bambu memiliki struktur yang unik
karena terkait secara horizontal dan vertikal, sehingga dia tidak mudah
ptah dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di
sekitarnya, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa agar kita mampu
berguna baik untuk diri kita sendiri dan orang lain, sehingga akan
membuat hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan kita.
3.Bambu juga dapat di simbolkan sebagai
sebuah siklus hidup manusia, contohnya setelah tunas tumbuh lalu keluar
lah rebung, ini mengajarkan bagaimana kita perlu proses untuk menjadi
lebih baik, dengan kesabaran, ketekunan, kegigihan dalam berusaha itu
lah yang akan menjadi pintu kesuksesan seseorang, yah walaupun mungkin
standar kesuksesan berbeda setiap orang, tapi itu bisa mengajarkan kita
bagaimana cara berproses, hidup bukan sesuatu yang instan tapi dia
berproses, tinggal bagaimana kita bisa menjadikan proses ini menjadi
lebih berguna bagi kita semua.
4.Kemampuan bambu untuk tumbuh ditempat
yang sulit menyebabkan bambu tersebar dalam area yang sangat luas dari
kawasan yang terbentang diantara 50 derajad lintang utara dan 47 derajad
lintang selatan. Penyebaran yang luas memungkinkan banyak sekali
penggunaan bambu untuk tujuan yang berbeda, sumpit di kawasan Asia Timur
seperti jepang dan korea, bahan anyaman untuk wadah, perangkap ikan,
sampai alat musik dan obor penerangan, ini mengajarkan kita bahwa
dimanapun kita berada, dimana bumi dipijak, senantiasa memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitar kita, sesulit apapun
keadaan, tak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tak ada alasan untuk
berlama-lama terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun
pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk
mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
5.Dari klasifikasinya, bambu tergolong
dalam tanaman rumput. Tapi, bambu adalah rumput spektakuler. Tingginya
terentang dari 30 cm sampai 30 meter. Ia sebuah tanaman rumput yang
unik. Nah, inilah pelajarannya. Meskipun berlatar tanaman rumput, bambu
menjadi beda lantaran karakternya. Kegunaan dan caranya bambu
mengekspresikan dirinya menjadikan bambu sebagai rumput yang berbeda.
Dalam kehidupan pun, latar belakang kita sebenarnya bukanlah penentu.
Tetapi, bagaimana kita berupaya mengekpresikan potensi diri, tidak
peduli latar belakang yang ada. Itulah yang akhirnya, membuat kita
menjadi pribadi yang luar biasa.
MIE AYAM SYAFFIRA
SAMBIJAJAR DRENGES KERTOSONO
WA. 0823-2972-7898
Tidak ada komentar:
Posting Komentar