Belajar Hidup dari Buah Kurma
Keunikan pohon kurma terdapat pada
jenisnya, ialah kelamin jantan dan betina dari bunga dan tendan dari
kedua jenis pohon ini perlu ditemukan agar terjadi penyerbukan.
Penyerbukan sesungguhnya dapat dilakukan secara alami melalui bantuan
binatang, seperti burung, lebah, dan bantuan angin yang berhembus. Di
bulan Maret hingga April, pergantian musim dingin ke musim panas di
gurun sering terjadi badai pasir (sand strom). Pada saat badai pasir,
terjadilah penyerbukan pohon kurma berkat angin. Selain angin, para
petani melakukan penyerbukan melalui penaburan tandan bunga pohon jantan
ke bunga pohon betina. Setelah terjadi penyerbukan, tinggal menantikan
pohon berkelamin betina berbuah.
Buah kurma yang manis
tentu memiliki protein yang banyak. Buah kurma pun menjadi sumber
makanan bagi pengembara di gurun pasir, karena dalam perjalanan yang
amat jauh dan melintasi berkilo-kilo gurun pasir, hanya buah kurma yang
memungkinkan untuk ditemukan di daerah serba pasir. Mari sejenak
memikirkan tentang kondisi pengembara yang membawa buah dengan kandungan
air seperti buah jambu dan buah pisang dalam perjalanan berhari-hari.
Setelah menyelesaikan pikiran yang menerawang jauh, tentu kondisi kedua
buah tersebut akan membusuk disebabkan iklim dan waktu, tetapi bagi buah
kurma yang dapat bertahan demikian lama dibandingkan kedua buah itu,
tentu akan menyelamatkan pengembara gurun pasir. Sebab perjalanan jauh
dan menerjang iklim yang amat panas, buah kurma merupakan pilihan paling
tepat untuk dibawa. Selain karena mengandung asupan gizi dan air, buah
kurma jauh lebih tahan lama dengan buah jambu dan buah pisang. Dan buah
pohon kurma yang manis dapat tumbuh di saat puncak musim panas dari
pohon yang mengalami tempaan—angin dan iklim—yang kuat di tempat yang
jarang air, dan bercuaca panas
Hikmah yang diapat dipetik melalui buah
kurma, ialah tentang keberanian untuk menanti sebuah keputusan barang
satu kali dalam satu tahun, meski hasil yang didapat tak selalu identik
dengan keinginan. Setelah mendapati hasil, entah manis maupun pahit,
diperlukan tempaan yang kuat—berupa masalah—agar tiap kali berhadapan
dengan kejadian yang tak sesuai dengan keinginan, mampu menerima dan
bersiap mengulangi keputusan.
Kesimpulan di atas menjelaskan bila tiap
masalah yanghadir di kehidupan merupakan seleksi bagi manusia.
Bergantung manusia siap untuk menerima atau menyerah dan kalah. Tegarlah
dan kuatlah.
MIE AYAM SYAFFIRA
SAMBIJAJAR DRENGES KERTOSONO
WA. 0823-2972-7898
Tidak ada komentar:
Posting Komentar