PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL PADA PEMBELAJARAN INTEGRATIF TERHADAP
KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN ENERGI DAN MENCERITAKAN
PERISTIWA PADA SISWA KELAS III SDN CAMPUREJO 2 KEDIRI
Mariatul Ulfa
1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Nusantara PGRI Kediri
2 Jurusan PGSD
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Email: mariatululfa1109@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tinggi rendahnya hasil
belajar siswa pada suatu pokok pembelajaran sangat berpengaruh pada model dan
media yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil
penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan guru
kurang bervariasi dan masih monoton. Akibatnya siswa menjadi jenuh sehingga
materi menjadi susah diterima dan hasil belajar siswa rendah serta siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran.. Salah satu cara untuk mangatasi hal tersebut
adalah dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model integratif tanpa dan didukung
media audiovisual terhadap hasil belajar siswa. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan subjek kelas III B dengan jumlah 43 siswa diajar
menggunakan model integratif didukung media audiovisual dan kelas III A dengan
jumlah 43, siswa diajar menggunakan model integratif tanpa media. Parameter
yang diukur adalah kemampuan mendeskripsikan, bercerita dan ketuntasan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan mendeskripsikan,
bercerita dan ketuntasan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
integratif menggunakan media audiovisual berturut-turut adalah 85.33, 95 dan
83,72%, sedangkan yang diajar tanpa media berturut-turut adalah 65.44, 84, dan
18.60%.
Kata
kunci:
Kata Kunci: media audiovisual, pembelajaran
Integratif, pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam, kemampuan
mendeskripsikan dan menceritakan.
I.
PENDAHULUAN
Kegiatan
belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sebagai
pelajar dan guru yang memiliki peranan sebagai pengajar, dimana
kegiatan belajar mengajar ini terdapat satu
keterkaitan yang sangat erat antara siswa dan guru sehingga terjadi interaksi
pembelajaran. Bentuk interaksi ini adalah siswa menerima materi pelajaran dan
guru memberikan pengajaran. Interaksi tersebut dapat
dikatakan sukses apabila memiliki indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut Smisth
dan Ragan, (2003 dalam Benny, 2009:18) beberapa indikator yang dapat digunakan
sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran adalah efektif, efisien, dan
menarik. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, sedangkan makna dari pembelajaran
yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu
dan sumber daya yang relatif sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi
peristiwa yang menarik agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar
siswa.
Untuk
menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, sosok guru menjadi pemeran
utama sebagai fasilitator pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari
siswa. Namun pada
kenyataanya untuk menumbuhkan sikap
aktif, kreatif dan inovatif dari siswa itu bukanlah
hal yang mudah, fakta yang terjadi adalah guru
dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi
memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru (Trianto, 2010:55). Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan
dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap
siswa yang pasif tersebut ternyata tidak
hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata
pelajaran termasuk Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia.
Keberhasilan
proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA
dan Bahasa
Indonesia dapat diukur dari keberhasilan siswa
yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat
pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi
pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan praktik pengalaman lapangan (PPL) peneliti
di SDN Campurejo 2 Kediri, kenyatannya
masih
dijumpai peneliti prestasi
belajar IPA dan Bahasa
Indonesia yang dicapai siswa masih relatif rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran
IPA dan Bahasa
Indonesia juga ditemukan keragaman masalah
sebagai berikut: 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum
nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta
agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3)
Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga
masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan
kelas, 5) hasil
belajar yang belum memuaskan. Hal ini menggambarkan efektifitas
belajar mengajar dalam kelas masih rendah.
Dalam
pengajaran IPA dan Bahasa
Indonesia diharapkan siswa benar-benar aktif.
Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih
lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep
tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan
menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang
menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan model tertentu dalam pembelajaran, karena suatu model dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan salah satu kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran inilah yang berperan sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Trianto (2010:72) pemilihan model pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa. Untuk mengantisipasi masalah
tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang
tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa
dalam pembelajaran IPA dan
Bahasa Indonesia. Peneliti
terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa
tertarik dan bersemangat dalam belajar IPA dan Bahasa Indonesia. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran integratif dengan
menggunakan media audiovisual. Dalam model pembelajaran integratif siswa diajak
berfikir kongkrit dan terpusat pada topik tertentu yang mengkombinasikan fakta,
konsep, generalisasi, dan hubungan diantara semuanya, sehingga dapat memupuk
kretivitas siswa dengan melatih berfikir kritis terhadap suatu hal yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hakikat Ilmu
Pengetahuan Alam serta Bahasa Indonesia.
Menurut Prihantoro, (1986 dalam
Trianto, 2010:137) IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan
bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains,
dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan tegnologi yang dapat
melahirkan kemudahan bagi kehidupan.
Dalam belajar IPA siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi
siswa dengan teori melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan
teori dan konsep. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tertuju pada pengembangan aspek
fungsional bahasa, yaitu peningkatan kompetensi Berbahasa Indonesia. Ketika
kompetensi berbahasa yang menjadi sasaran, para guru lebih berfokus pada empat
aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis (Laksmi, 1986 dalam Trianto, 2010:142).
Dalam
Kurikulum, 2004 (Depdiknas, 2004:3) dinyatakan
bahwa standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, yaitu berbahasa merupakan
belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan
nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi,
baik secara lisan maupun secara tertulis.
Berdasarkan uraian diatas maka
dilakukan penelitian Pengaruh
Media
Audiovisual pada Pembelajaran Integratif terhadap Kemampuan Mendeskripsikan
Energi dan Menceritakan Peristiwa pada Siswa Kelas III SDN Campurejo 2 Kediri
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Hakikat Pembelajaran IPA
di SD
Menurut Marsetio, (1990 dalam
Trianto, 2010:137) pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Menurut Laksmi, (1986 dalam Trianto,
2010:137) IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai
produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan
konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari
objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai
aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi
kemudahan bagi kehidupan.
Dengan demikian, semakin jelaslah
bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan
proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,
teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh
positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Hakikat Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di Sekolah Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Puspita, 2000:3).
Maka pembelajaran di sekolah tingkat bawah dibutuhkan suatu kejelian dan
kesungguhan menguasai pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Bahasa
merupakan seperangkat ajaran yang bermakna, bahasa alat komunikasi antar
anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar,
model pembelajaran di perlukan oleh guru karena model pembelajaran tersebut
berfungsi sebagai pedoman para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sesuai
dengan pendapat Arends, (1997 dalam Trianto, 2010:51) Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran.
Model Pembelajaran
Integratif
Menurut Eggen
dan Kauchak (2012:259)
integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam suatu proses. Integratif
terbagi menjadi inter bidang studi dan antar bidang
studi. Inter bidang studi ini artinya
menyatukan beberapa aspek dalam satu bidang studi. Misalnya mengamati
dan menyimak diintegrasikan
dengan berbicara dan menulis, menulis diintergrasikan dengan berbicara,
sedangkan antar bidang studi adalah merupakan pengintegrasian bahan dari
beberapa bidang studi, misalnya bahasa Indonesia dengan IPA atau
dengan bidang studi lainnya.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa model integratif merupakan sebuah
model pengajaran atau intruksional untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman
mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersama melatih
keterampilan berfikir kritis mereka.
Adapun
berbagai tujuan dari model pembelajaran integratif ialah sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran integratif
dirancang untuk membantu siswa memahami bangunan pengetahuan sistematis
(organized body of knowledge), topik yang mengkombinasikan fakta, konsep,
generalisasi, dan hubungan di semua itu.
2.
Model pembelajaran integratif juga
dirancang untuk memberi siswa latihan berfikir kritis.
3.
Model pembelajaran integratif
memberikan lingkungan belajar yang responsif pada siswa.
4.
Relaksasi dan memberikan pengurangan
ketegangan pada kegiatan pembelajaran.
5.
Gerakan dan physical encoding.
6.
Siswa diharapkan menguasai bahasa dan
perilaku.
7.
Memberikan pilihan dan pengendalian
yang diamati.
8.
Memberikan aktivitas kognitif yang
majemuk dan menantang pada siswa.
9.
Memberikan firasat dan integrasi yang
tinggi pada siswa ( Utami, 2004:185).
Merencanakan pelajaran dengan Model
Pembelajaran Integratif
1.
Mengidentifikasi topik
2.
Menentukan tujuan belajar
3.
Menyiapkan representasi data
4.
Menentukan pertanyaan
(Eggen dan Kauchack 2012:261-271).
Menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
integratif
Untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
integratif terdiri dari 4 fase.
1.
Dalam fase 1 siswa diajak
mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola didalam data. Selama fase
ini guru membantu mengakrapkan siswa dengan dan juga mulai menganalisis data.
2.
Dalam fase 2 siswa dibimbing untuk
memberikan penjelasan dari data yang mereka peroleh pada fase 1 tadi.
3.
Dalam fase 3 siswa dituntut untuk
berfikir secara hipotesis dari penyajian teman mereka. Fase ini menandai
langkah maju tambahan dalam kemampuan siswa menganalisis informasi. Sehingga
muncul pertanyaan-pertanyaan seperti “Apa yang terjadi jika….”, atau “Apa yang
kita harapkan untuk lihat…….”.
4.
Selama fase 4 penutup dan penerapan,
siswa melakukan generalisasi untuk melakukan hubungan luas, yang meringkas
materi. Kemudian, siswa menerapkan pemahaman mereka pada situasi baru. (Eggen
dan Kauchak, 2012:271-277).
Menilai pembelajaran siswa saat
menggunakan model pembelajaran integratif.
·
Pemahaman murid tentang topik dan
kemampuan mereka untuk berfikir kritis bisa diukur pada proses pembelajaran
yaitu ketika mereka membuat dan menilai kesimpulan tentang informasi dari
materi yang sudah mereka pelajari atau yang memiliki sajian data unik.
·
Layaknya semua pengajaran, penilaian
harus menjadi bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Saat
penilaian dilakukan secara sering dan menyeluruh, dan siswa diberikan umpan
balik mendetail tentang kinerja mereka, penilaian dapat menjadi alat ampuh
untuk meningkatkan pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012:300).
Kelebihan penggunaan model
pembelajaran integratif
1)
Membuat siswa dapat berfikir kritis
terhadap suatu masalah yang dihadapi.
2)
Siswa bisa mengembangkan sikap untuk
dapat mengungkapkan pendapat dan hipotesis mereka.
3)
Dengan metode ini, akan terbina manusia
yang dapat menghadirkan terobosan – terobosan baru dari penemuan, sebagai hasil
pemikiran kritis mereka, yang diharapkan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup
manusia.
4)
Siswa memperoleh pengalaman dan
keterampilan dalam berargumentasi.
5)
Siswa terlibat aktif dalam
pengumpulan fakta dan informasi yang diperlukan saat pembelajaran.
6)
Siswa bisa memperkaya pengalaman
dengan hal – hal yang bersifa objektif, realitas, dan mrnghasilkan verbalitas.
7)
Siswa lebih aktif berpikir dan
berbuat, karena hal itulah yang sangat diharapkan dala dunia pendidikan modern.
Siswa lebih aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
8)
Membentuk karakter siswa untuk
menghargai pendapat orang lain.
9)
Dapat membangun pemahaman luas
kurikolum terhadap siswa dan hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan tingkat
keahlian siswa.
10) Model pembelajaran integratif juga kental dengan faktor
motivasional pada diri siswa dan ide mereka (Eggen dan Kauchak, 2012:298).
Berbagai Kekurangan Model
Pembelajaran Integratif
1)
Model ini membutuhkan persiapan yang
banyak sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam penerapanya.
2)
Untuk menerapkan model pembelajaran
integratif dibutuhkan keahlian khusus tentang model pembelajaran ini.
3)
Memerlukan guru sebagai pendidik yang
harus berpengetahuan luas, berketrampilan tinggi, memilki rasa percaya diri,
dan memiliki konsep ketrampilan atas ketrampilan yang bguru miliki.
4)
Membutuhkan media yang menarik untuk
mendukung model pembelajaran ini.
5)
Perlu kesabaran yang tinggi untuk
membentuk karakter siswa yang mampu berfikir kritis kususnya pada siswa kelas
rendah (Eggen dan Kauchak, 2012:299).
Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2002:4) media adalah semua bentuk
perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga
ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju. Dalam
konteks dunia pendidikan, Gerlach, (2006 dalam Arsyad,2002:3) mengungkapkan
bahwa media secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian
ini, guru, buku, teks, dan lingkungan Sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses pembelajaran cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media Audiovisual
Audio visual adalah sebagai alat-alat yang mempunyai
dua sifat dasar, yakni audible artinya
yang dapat didengarkan dan visible yang
dapat dilihat (Suleiman, 1988: 11).
Pembelajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan
materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran
serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata
atau simbol-simbol yang serupa (Arsyad, 2002:30-31). Ciri-ciri utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut :
a. Mereka
biasanya bersifat linear.
b. Mereka
biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c. Mereka
digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau
pembuatnya.
d. Mereka
merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak.
e. Mereka
dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.
f. Umumnya
mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaksi siswa yang
rendah.
Pembelajaran menggunakan media audio visual seperti ini ditujukan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran, sehingga diharapkan anak-anak
mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekamnya. Menurut Suparman (1997:56)
media audio visual merupakan
alat bantu berupa sampel atau contoh dalam penyampaian materi yang bertujuan
merangsang minat dan perhatian siswa agar tertarik dengan mata pelajaran yang
diberikan, sehingga diharapkan setelah menyaksikannya siswa mempunyai gambaran
dan pemahaman pada materi yang diberikan. Media berbasis audio visual di sini adalah suatu
media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi).
III. METODE
PENELITIAN
Identifikasi
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (X1,2)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
·
X1 : Penerapan pembelajaran integratif
dengan di dukung media pembelajaran audiovisual.
·
X2 : Penerapan pembelajaran integrative
tanpa didukung media pembelajaran audiovisual.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
mendeskripsikan hasil pengamatan energi dan menceritakan peristiwa.
Teknik dan
Pendekatan Penelitian
Teknik
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan
eksperiental. Pendekatan penelitian dan analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah kuantitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Campurejo 2
Kota Kediri. Penelitian
dilaksanakan selama 6 bulan, terhitung mulai bulan Mei 2013 sampai dengan bulan
oktober 2013.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri yang terdiri dari dua kelas, dan masing-masing berjumlah 43 siswa.
Instrument Penelitian
Instrument
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran. Tahap-tahap persiapan penelitian berupa: persiapan, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi dan analisis data.
Teknik Analisis Data
Untuk menilai ulangan yang diberikan pada siswa, peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata
nilai ulangan dapat dirumuskan:
dengan :
=
Nilai rata-rata
åX = Jumlah semua nilai siswa
åN = Jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rata-rata kemampuan mendeskripsikan (hasil belajar
kognitif) siswa menggunakan model
pembelajaran integratif dengan didukung media audiovisual adalah 85.33 lebih
tinggi dari pada tanpa didukung media audiovisual yaitu 65.44. Kemampuan bercerita
siswa menggunakan pembelajaran integratif didukung media audiovisual adalah 95
sedangkan yang tanpa didukung media audiovisual 84, serta ketuntasan belajar
menggunakan model pembelajaran integratif didukung media audiovisual adalah
83.72% sedangkan tanpa media audiovisual 18.60%.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar materi mendeskripsikan energi dan menceritakan
peristiwa menggunakan model pembelajaran integratif tanpa didukung media
audiovisual dan didukung media audio visual siswa kelas III SDN Campurejo 2
Kediri.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
a. Perlu diadakan persiapan yang matang oleh guru untuk
memakai model pembelajaran integratif.
b.Pembelajaran
integratif akan lebih sempurna apabila didukung dengan media pembelajaran
audiovisual.
VI. DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, S. 2010. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2002. Media
Pembelajaran (edisi 1). Jakarta: Raja Grafindo Pessada.
Asnawir. H. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri,
D. S. dan Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Benny. 2009. Model
Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Burhan.
2001. Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Depdiknas.
2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Balai
Pustaka.
Eggen, P. dan Don K. 2012. Srategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.
Kamajaya. 2004. Fisika untuk SMA Kelas X. Bandung:
Grafindo media.
Keraf. 1986.
Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Malang: Bumi Aksara.
Priyono.
2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas
III SD/MI. Pusat Perbukuan: Departemen Pendidikan Nasional.
Pupuh dan Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islam. Bandung: Refika Aditama.
Puspita, L. 2002. Pembelajaran
Membaca Pemahaman dengan Strategi Aktivitas Membaca Berpikir Terbimbing Siswa
Kelas V SD. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rositawaty. 2008. Ilmu Pengetahuan
Alam untuk Kelas IV SD/MI. Pusat Perbukuan: Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, P. 2004. Materi dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suleiman, A. H. 1988. Media
Audiovisual untuk Pengajaran Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: PT
Gramedia.
Suparman. 1997. Media
Pembelajaran. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo.
Tarigan, D. 2001. Pendidikan
Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Universitas Terbuka.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.
Umri
dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas III. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Nasional.
Utami.
2004. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wina, S. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar