BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu
kegiatan yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar dan guru yang memiliki peranan sebagai pengajar, dimana kegiatan belajar mengajar ini terdapat satu keterkaitan yang sangat erat antara siswa
dan guru sehingga terjadi interaksi pembelajaran. Bentuk interaksi ini adalah
siswa menerima materi pelajaran dan guru memberikan pengajaran. Interaksi
tersebut dapat dikatakan sukses apabila memiliki indikator yang dapat digunakan
untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut Smisth dan Ragan, (2003 dalam Benny, 2009:18)
beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai penentu keberhasilan proses
pembelajaran adalah efektif, efisien, dan menarik. Pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, sedangkan makna dari pembelajaran yang efisien adalah aktivitas
pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif
sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang menarik agar
mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik,
sosok guru menjadi pemeran utama sebagai fasilitator pembelajaran. Guru
berperan sebagai fasilitator untuk
menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa. Namun pada kenyataanya untuk menumbuhkan sikap
aktif, kreatif dan inovatif dari siswa itu bukanlah hal yang mudah, fakta
yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses
pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru (Trianto, 2010:55).
Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa
malas belajar. Sikap
siswa
yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu
saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia.
Keberhasilan proses kegiatan belajar
mengajar pada pembelajaran IPA
dan Bahasa Indonesia dapat
diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan
itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi
belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi
belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan praktik pengalaman lapangan (PPL) peneliti
di SDN Campurejo 2 Kediri, kenyatannya masih dijumpai peneliti prestasi
belajar IPA
dan Bahasa Indonesia yang
dicapai siswa masih relatif rendah.
Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia juga
ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih belum nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan,
walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum
jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada
proses pembelajaran juga masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan
soal didepan kelas, 5) hasil
belajar yang belum memuaskan. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar
dalam kelas masih rendah.
Dalam pengajaran IPA dan Bahasa Indonesia diharapkan
siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa
yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan
diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan
langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah
satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah
menggunakan model
tertentu dalam pembelajaran, karena suatu model
dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan salah satu kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran inilah yang berperan sebagai pedoman bagi
perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut
Trianto (2010:72) pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat
dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan siswa. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa
dalam pembelajaran IPA dan
Bahasa Indonesia. Peneliti terus berusaha menyusun dan
menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat
dalam belajar IPA dan
Bahasa Indonesia. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran integratif dengan menggunakan media
audiovisual. Dalam model pembelajaran integratif siswa diajak berfikir kongkrit
dan terpusat pada topik tertentu yang mengkombinasikan fakta, konsep,
generalisasi, dan hubungan diantara semuanya, sehingga dapat memupuk kretivitas
siswa dengan melatih berfikir kritis terhadap suatu hal yang mereka hadapi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hakikat Ilmu Pengetahuan
Alam serta Bahasa Indonesia.
Menurut Prihantoro, (1986 dalam Trianto, 2010:137) IPA
hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA
merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep.
Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari
objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai
aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan tegnologi yang dapat melahirkan
kemudahan bagi kehidupan.
Dalam belajar
IPA siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi siswa dengan teori
melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Hakikat pembelajaran
Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tertuju
pada pengembangan aspek fungsional bahasa, yaitu peningkatan kompetensi
Berbahasa Indonesia. Ketika kompetensi berbahasa yang menjadi sasaran, para
guru lebih berfokus pada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,
membaca, berbicara dan menulis (Laksmi, 1986 dalam Trianto, 2010:142).
Dalam
Kurikulum,
2004 (Depdiknas, 2004:3) dinyatakan bahwa standar kompetensi Bahasa dan Sastra
Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran
bahasa, yaitu berbahasa merupakan
belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan
nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi,
baik secara lisan maupun secara tertulis.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian Pengaruh
Media Audiovisual pada Pembelajaran Integratif terhadap
Kemampuan Mendeskripsikan Energi dan Menceritakan Peristiwa pada Siswa Kelas
III SDN Campurejo 2 Kediri
B. Identifikasi
Masalah
Dari
permasalahan yang dikaji oleh peneliti maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang ditemukan diantaranya:
1.
Apakah keaktifan
dan motivasi siswa dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran?
2.
Apakah model pembelajaran yang menarik dapat
meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran?
3.
Model
pembelajaran menarik yang seperti apa agar siswa aktif dan termotivasi dalam
pembelajaran?
4.
Apakah penggunaan model pembelajaran integratif dengan
didukung media audiovisual dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan
energi dan menceritakan peristiwa?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka
pengkajian dan pembatasan masalah dititik beratkan pada:
1.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III
SDN Campurejo 2 Kota Kediri Tahun Ajaran 2014/2015. SDN
Campurejo 2 yang terdiri dari dua kelas.
2.
Materi Pokok
Materi pokok dalam pembelajaran ini
adalah materi pokok dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai
berikut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
SK: 4. Memahami berbagai cara gerak
benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi.
KD: 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan
tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia.
SK: 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara
lisan dengan bertelepon dan bercerita.
KD: 6.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat,
atau didengar.
3.
Penguasaan Materi
Penguasaan dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat
menguasai materi yang berkaitan dengan:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA):
Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi
panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia:
Menceritakan peristiwa yang pernah
dialami, dilihat, atau didengar.
4.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan
untuk proses pembelajaran adalah model integratif dengan
didukung media audiovisual.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
kemampuan mendeskripsikan
energi
dan menceritakan peristiwa dengan menggunakan pembelajaran
integratif pada siswa kelas III SDN
Campurejo 2 Kediri?
2. Bagaimanakah kemampuan mendeskripsikan
energi dan menceritakan peristiwa dengan
menggunakan pembelajaran
integratif didukung
media audiovisual pada siswa
kelas III SDN Campurejo 2 Kediri?
3. Adakah
pengaruh penggunaan pembelajaran integratif dengan media audiovisual terhadap kemampuan
mendeskripsikan energi dan menceritakan
peristiwa pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan
mendeskripsikan energi
dan menceritakan peristiwa yang dialami dengan menggunakan
pembelajaran integratif pada siswa kelas III SDN
Campurejo 2 Kediri.
2. Untuk mengetahui kemampuan
mendeskripsikan energi dan menceritakan
peristiwa dengan
menggunakan pembelajaran
integratif didukung
media audiovisual pada siswa
kelas III SDN Campurejo 2 Kediri.
3. Untuk membuktikan perbedaan kemampuan
mendeskripsikan energi dan menceritakan
peristiwa pada siswa kelas III SDN Campurejo 2 Kediri dengan menggunaan pembelajaran integratif
tanpa didukung media
audiovisual.
F.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian lapangan ini berguna secara teoritis dan praktis. Kegunaan teoritisnya adalah bahwa
hasil penelitian
ini dapat dipergunakan untuk
referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.
Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk
media alternatif bagi guru di sekolah lain dalam mengajarkan materi kemampuan
mendeskripsikan hasil
pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan
sehari-hari dan menceritakan
peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau
didengar dengan lebih efektif dan efisien bagi
siswa sehingga siswa tidak kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran.
Adapun kegunaan secara praktis, penelitian
ini berguna bagi
siswa, guru, peneliti dan pembaca :
1.
Bagi siswa sebagai objek penelitian
Penelitian ini dapat membantu mengembangkan
kemampuan siswa dalam kemampuan mendeskripsikan hasil
pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan
sehari-hari dan menceritakan
peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau
didengar serta meningkatkan
keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar
yang maksimal.
2.
Bagi guru atau pendidik
Dapat
digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas III tentang suatu alternatif
pembelajaran IPA
untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar pada siswa, sehingga dapat
membentuk karakter siswa yang mampu berfikir kritis dalam setiap masalah yang
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Bagi peneliti lainnya
1)
Guna menambah pengetahuan yang di
miliki peneliti dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian
ini.
2)
Dapat menyumbang pemikiran dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan sekolah dasar.
4.
Bagi pembaca
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang model pembelajaran yang tepat untuk anak sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar