A. PENDIDIKAN SENI RUPA ANAK
SEKOLAH DASAR
Pendidikan Seni Rupa
sesungguhnya merupakan istilah
yang relatif baru
digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini
berlangsung cukup lama
hingga kemudian diganti dengan istilah
Pendidikan Seni rupa. Materi
pelajaran yang diberikan
tidak hanya menggambar tetapi
juga beragam bidang
seni rupa yang
lain seperti mematung,
mencetak, menempel dan juga
apresiasi seni. Tujuan pengajaran
menggambar di sekolah
adalah untuk menjadikan anak
pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan seni merupakan
sarana untuk pengembangan
kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni
dapat dilakukan melalui
kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman,
melainkan untuk mendidik
anak menjadi kreatif.
Seni merupakan aktifitas permainan, melalui
permainan kita dapat
mendidik anak dan
membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan
demikian dapat dikatakan
seni dapat digunakan
sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa
adalah mengembangkan keterampilan
menggambar, menanamkan kesadaran budaya
lokal, mengembangkan kemampuan
apreasiasi seni rupa,
menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan
disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan
gagasan multikultural.
B. PERIODISASI PERKEMBANGAN SENI
RUPA ANAK-ANAK
Setiap guru SD
perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori
tentang dunia kesenirupaan
anak yang telah
dikembangkan oleh para
ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12
tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan
kelas III ditandai
dengan kuatnya daya
fantasi-imajinasi, sedangkan kelas
IV sampai dengan kelas
VI ditandai dengan mulai
berfungsinya kekuatan rasio.
Perbedaan kedua
karakteristik ini tampak
pada gambar-gambar (karya
dua dimensi) atau
model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi
lainnya.
Ada beberapa
tokoh yang telah melakukan kajian tentang periodisasi karya seni rupa anak, di
antaranya Corrado rinci dari Italia ( 1887 ), kemudian dilanjudkan oleh Sully,
Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt, Margaret Meat, Victor Lowefeld dan
Brittain, Rhoda Kellog, Scot, Langsing, dan lain-lain.
1.
Periodisasi perkembangan seni rupa
anak menurut Victor Lowenfeld dan Lambert Brittain adalah:
Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17
tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
·
Masa mencoreng ( scribbling ) : 2-4 tahun
·
Masa prabagan ( preschematic ) : 4-7 tahun
·
Masa bagan ( schematic period ) : 7-9 tahun
·
Masa realism awal ( Dawning realism ) : 9-12 tahun
·
Masa naturalism semu ( Pseudo
naturalistic ) :
12-14 tahun
·
Masa penentuan ( period of Decision ) : 14-17 tahun
2.
Tahapan perkembangan menurut Victor
Lowenfeld dan Lambert Brittain sebagai berikut:
a.
Masa mencoreng- moreng (scribbling )
Goresan-goresan
yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk obyek.
Biasanya tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas dengan arah
vertical dan horizontal.
Periode
ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : corengan tidak beraturan, corengan
terkendali dan corengan bernama.
Ciri
gambar yang dihasilkan pada corengan tidak beraturan adalah bentuk gambar yang
sembarang, mencoreng tanpa melihat kertas, belum dapat membuat corengan berupa
lingkaran dan memilki semangat yang tinggi. Corengan terkendali ditandai dengan
kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya.
Corengan bernama dapat diamati ketika anak dapat membuat goresan yang terkontrol
bahkan memberinya nama.
b.
Masa pra bagan ( Pre Schemic Period )
Cirri-ciri
anak pada masa ini adalah anak telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris
untuk member kesan objek dari dunia sekitar. Aspek warna belum ada
hubungantertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat
atau warna lain yang disenanginya. Penempatan objek bersifat subjektif,
didasarkan pada kepentingannya.
c.
Masa realism awal ( Early Realism )
Pada
periode ini karya anan lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai
muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Pemahaman warna sudah mulai
disadari, penguasaan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak
lagi bertumpu pada garis dasar melainkan pada bidang dasar sehingga mulai
ditemukan garis horizontal.
d.
Masa naturalisme semu
Pada
masa ini kemampuankemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin
berkembang. Penguasaan rasa perbandingan ( proporsi ) serta gerak tubuh objek
lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruang dan objek secara
subjektif, lebih banyak menggunakan perasaan.
e.
Periode Penentuan
Karya
yang dibuat pada anak usia ini sudah menunjukkan penguasaan teknik menggambar
dengan baik. Penguasaan ruang diwujudkan dengan penguasaan perspektif dengan
baik. Begitu pula warna yang digunakan sudah mendekati naturalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar