Konsep
Dasar Kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak orang yang belum mendapatkan
pekerjaan untuk mencukupi kehidupan hidup. Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya adalah minimnya pendidikan yang miliki,tidak
memiliki ketrampilan yang cukup, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kurang
adanya perhatian dari pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi
mereka.
Sebagai generasi
penerus bangsa harus mampu menciptakan peluang usaha agar tidak menambah jumlah
pengangguran di Indonesia. Para pemuda harus memiliki pola pikir yang dinamis
dan kreatif dalam upaya meminimalisir adanya krisis ekonomi dan berusaha untuk
mengembangkan kewirausahaan dalam rangka mensejahterakan masyarakat.
Sebelum seseorang memulai atau menciptakan suatu usaha,
haruslah memiliki konsep dasar tentang kewirausahaan agar usaha yang akan
dirintis berjalan lancar dan dapat mengatasi problematika yang terjadi sekarang
ini. Konsep dasar kewirausahaan merupakan titik awal dalam memulai suatu usaha
dan juga menentukan berhasil tidaknya usaha yang dirintis. Selain itu, dengan
berwirausaha seseorang akan berusaha mandiri, kreatif, dan inovatif agar
usahanya dapat diterima di masyarakat. Dengan demikian kami berharap generasi
muda lebih termotivasi untuk kreatif, inovatif untuk menciptakan sebuah usaha
yang dapat membangun perekonomian negara lebih baik dari sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan disiplin ilmu kewirausahaan?
2. Apa saja objek-objek studi kewirausahaan?
3. Apakah hakikat
kewirausahaan?
4. Bagaimana karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan?
5. Bagaimana sikap
dan kepribadian wirausaha?
6. Apa saja motif berprestasi kewirausahaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan disiplin ilmu kewirausahaan.
2. Faham dengan apa saja objek-objek
studi kewirausahaan.
3. Memahami apa yng di maksud dengan hakikat kewirausahaan.
4. Memahami karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan.
5. Memahami sikap dan kepribadian wirausaha.
6. Memahami apa saja motif berprestasi kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability),
dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh
peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis,
menurut ThomasW. Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah hasil dari suatu
disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Dahulu, kewirausahaan
adalah urusan pengalaman langsung di lapangan. Sebab itu kewirausahaan
merupakan bakat bawaan sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari
dan diajarkan. Sekarang kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak lahir atau
urusan lapangan, tapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan
yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan,
pemerataan, dan persaingan, maka dewasa sedang terjadi perubahan paradigma
pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu displin ilmu
tersendiri yang independen.[1] Hal itu menurut Soeharto Prawirokusuma (1997)
dikarenakan,
1. Kewirausahaan
berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive),
yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan
memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start-up” dan “venture-growth”,
ini tidak jelas masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan
antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan
pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.[2]
Disiplin ilmukewirausahaan dalam perkembangannya
mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan hanya pada dunia usaha
semata melainkan juga pada berbagai bidang seperti bidang industri,
perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi- institusi lainnya, misalnya
birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan swadaya lainnya. Pada mulanya,
kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan. Dalam bidang-bidang
tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan
perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan
sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tapi juga sebagai kiat kehidupan secara
umum yang berjangka panjang untuk menciptakan peluang.
B. Objek Studi Kewirausahaan
Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan
kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Menurut Soemahamidjaja (1997:14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek
kewirausahaan meliputi;[3]
1. Kemampuan
merumuskan tujuan hidup/ usaha
2. Kemampuan memotivasi diri untuk
melahirkan suatu tekad kemauan yang menyala-nyala.
3. Kemampuan untuk
berinisiatif
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas(daya
cipta)setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
5. Kemampuan untuk
membentuk modal uang atau barang modal
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan
membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui
kebiasaan yangselalu tidak menundak pekerjaan.
7. Kemampuan
mental yang dilandasi dengan agama
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah
dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
C. Hakikat Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan(entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan
berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti.
Ada dua pendapat tentang pengertian
kewirausahaan, yaitu Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan
kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini
mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, atau mampu menciptakan sesuatu
yang berbeda dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu Zimmerer
mengartian kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha).[4]
Dari
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Seorang wirausahawan harus
memilki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan
berbagai ide.
Kegiatan
wirausaha dapat dijalankan sesorangatau sekelompok orang. Dengan kata lain
seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat
menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka
perusahaan dengan inisiatif dan modal serang diri. Sementara itu berkelompok
adalah secara bersama- sama dua orang atau lebih dengan cara masing- masing
menyetor modal dalam bentuk uang atau keahliannya. Jadi, untuk berwirausaha dapat
dilakukan dengan cara
1. Memiliki modal
sekaligus menjadi pengelola
2. Menyetor modal
dan pengelolaan ditangani pihak mitra
3. Hanya menyerahkan tenaga namun
dikonversikan ke dalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan usaha.
Dewasa ini belum ada terminologi yang persis sama tentang
kewirausahaan. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak
seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,
keinovasian,dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja
keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Dari beberapa konsep
kewirausahaan, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer,1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan
usaha (verture growth) (Soeharto Prawiro, 1997)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative)
yang bermanfaat memberikan nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas
kewirausahaan dapat definisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi resiko.
D. Karakteristik
dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
1. Karakteristik
kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan berbagai
konsep yang berbeda-beda. Dalam Islam karakteristik wirausaha antara lain[5]:
a) Sifat
takwa, tawakkal, zikir dan syukur.
b) Jujur.
c) Bangun
Subuh dan bekerja.
d) Toleransi.
e) Berzakat
dan berinfaq.
2. Nilai-nilai
hakiki kewirausahaan
Masing-masing
karakteristik kewirausahaan memiliki makna
dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Nilai-nilai kewirausahaan identik
dengan sistem nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Ada
empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:
a) Wirausaha yang berorientasi kemajuan
untuk memperoleh materi, ciri-cirinya pengambilan risiko, terbuka terhadap
teknologi, dan mengutamakan materi.
b) Wirausaha yang berorientasi padab
kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin
mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positiv dan kreativitas.
c)
Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang
sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menhadap
ke arah tertentu(aliran fengshui)supaya berhasil.
d) Wirausaha yang berorientasi pada non
meteri, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya
tergantung pada pengalaman, berhitung dengan mengunakan mistik, paham
etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.
D. Berfikir Kreatif dalam Kewiraussahaan
Menurut
Zimmerer tujuh langkah proses kreatif yaitu dengan menggunakan otak sebelah
kiri yaitu[6]:
1. Persiapan
(preparation), yaitu menyangkut
kesiapan kita untuk berpikir kreatif.
2.
Penyelidikan (investigation) dalam
penyelidikan diperlukan individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah atau keputusan.
3.
Transformasi (transformation),
yaitu menyangkut kesamaan dan perbedaan pandangan diantara informasi yang
terkumpul.
4. Penetasan (incubation), yaitu menyiapkan pikiran bawah sadar untuk merenungkan
informasi yang terkumpul.
5. Penerangan (illimination), yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan
adanya titik terang yang terus-menerus.
6. Pengujian (verivication), yaitu menyangkut ketepatan ide-ide seakurat mungkin
dan semanfaat mungkin.
7.
Implementasi (implemetation),
yaitu mentransformasikan ide-ide ke dalanm praktek bisnis.
E. Sikap dan Kepribadian Wirausaha
Alex
Inkeles dan David H.Smith (1974:19-24) adalah salah satu diantara ahli yang
mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern.Menurut Inkeles (1974:24)
kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi
modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam
kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru,
selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat,
berorientasi pada masa kini daan masa yang akan datang bukan pada masa lalu,
berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai
keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.
Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Gunar
Myrdal,yaitu:
1. Kesiapan
diri dan keterbukaan terhadap inovasi
2. Kebebasan
yang besar dari tokoh-tokoh tradisional
3. Selalu
berencana dalam segala kegiatan
4. Berorientasi
pada masa sekarang dan yang akan datang
5. Sadar
dan menghormati orang lain (Siagian,1972)
Menurut
Harsojo (1978:5),modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan[7]:
1. Sikap
terbuka bagi pembaharuan dan perubahan
2. Meyakini
kemampuan sendiri
3. Berorientasi
pada masa kini dan masa depan
4. Meyakini
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Kesanggupan
membentuk pendapat secara demokratis
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan
lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial,
misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap
ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan
dalam jiwa kewirausahaan. Dalam konteks ini,juga dijumpai perpaduan yang nyata
antara kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha
adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat
yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan
suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan
kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan
bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai
kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikianrupa yang
kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk
menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah,dan mempunyai kemampuan untuk
bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo,1982:1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru
yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu menemukan pasar-pasar
baru, pengenalan barang-barang baru, metode
produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator
yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam
perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu
perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16),seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:[8]
1. Inovasi,
yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru
2. Keberanian untuk menghadapi risiko,
yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan
dalam menghadapi ketidakpastian
3. Kemampuan manajerial, yaitu
usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,
meliputi:
a) Usaha
perencanaan
b) Usaha
untuk mengkoordinir
c) Usaha
untuk menjaga kelancaran usaha
d) Usaha
untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha
4. Kepemimpinan,
yaitu usaha memotivasi,melaksanakan,dan mengarahkan tujuan usaha.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja
(1977),faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan,kemampuan,dan kelemahan.
Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri perilaku adalah kesempatan
atau peluang.
Sikap
kewirausahaan meliputi keterbukaan, kebebasan, pandangan yang luas, berorietasi
pada masa depan, berencana, berkeyakinan, sadar, menghormati orang lain dan
menghargai pendapat orang lain.
Orang
yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk
merespons segala peluang, dan tanggap terhadap tantangan dan perubahan sosial.
Orang yang terbuka terhadap ide-ide inilah merupakan wirausaha yang inovatif
dan kratif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan.
Menurut
Kathlen L. Hawkins dan Peter A. Turla(1986) pola tingkah laku kewirausahaan
akan terggambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran,
keahlian mengatur dan sikap terhadap uang. Kepribadian wirausaha tercermin
dalam kretivitas, disiplin, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, dan
dorongan dari kemauan diri yang kuat.
F. Motif Berprestasi Kewirausahaan
Menurut Lerry Farel, untuk maju atau prestatif seorang
pengusaha harus memiliki motifasi yang tinggi, inovatif, dan memiliki ambisi
untuk maju/berkembang. Syarat lain untuk maju (prestatif) antara lain:
1. Memiliki
komitmen dan tanggungjawab yang tinggi terhadap karir
2. Bersemangat
terhadap masukkan dari berbagai pihak
3. Memiliki
orientasi kedepan
5. Motif
berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi(Gede Anggan
Suhandana, 1980:55).
Kebutuhan
berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu
yang lebih baik dan lebih efisien dibandingg sebelumnya. Wirausaha yang
memiliki motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri:
1. Mengatasi
sendiri kesulitan yang terjadi pada dirinya.
2. Selalu
memerlukan umpan balik yang segera.
3. Memiliki
tanggung jawab personal yan tinggi.
4. Berani
menghadapi risiko dan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan.
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena
adanya suatu motif tertentu,yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif
berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai
yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan
Suhandana,1980:55). Factor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Teori Maslow kemudian oleh Clayton Alderfer dikelompokkan menjadi tiga
kelompok,yang dikenal dengan teori existence,relatedness,and growth
(ERG).
Pertama,
kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut keperluan
material yang harus ada (termasuk physiological need and security need
dari Maslow).
Kedua,
ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need dari Maslow)
Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsik untuk
perkembangan personal (termasuk self-actualization and esteem need dari
Maslow).
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan
untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin
mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Memiliki
tanggung jawab personal yang tinggi.
3. Berani
menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
4. Selalu
memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
Kebutuhan
akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi,
mengendalikan,dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing,
berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan
ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan
untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh
orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan,bekerja sama daripada persaingan,dan saling pengertian. Menurut
Stephen P.Robbins (1993:214),kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat
kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Menurut
Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70),ada tiga fungsi motif, yaitu[10]:
1. Mendorong
manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energy
2. Menentukan
arah perbuatan ke tujuan tertentu
3. Menyeleksi perbuatan,yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu
tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian
tujuan itu
Dalam
“Entrepreneur’s Handbook”,yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita
(1994:8),dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha,yakni:
1. Alasan
keuangan.
2. Alasan
sosial.
3. Alasan
pelayanan.
4. Alasan
pemenuhan diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan
dalam hal menciptakan kegiatan usaha.
2. Ilmu kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
3. Objek studi kewirausahaan adalah
nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku.
4. Hakikat kewirausahaan adalah suatu
kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan
hidup.
5. Sikap dan kepribadian kewirausahaan
adalah suatu sikap/ watak yang memiliki ciri-ciri percaya diri, berorientasi
pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan
berorientasi kemasa depan.
6. Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan
pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Selain itu
keberhasilan berwirausaha sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu
kemauan, kemampuan, peluang dan kesempatan.